Kupi Beungoh

Timor Leste dan Tantangan Pendidikan di ASEAN 2025

Negara kecil berusia dua dekade ini akhirnya menapaki tangga keanggotaan penuh setelah menunggu sejak 2011.

Editor: Amirullah
Serambinews.com
Dr. Rahmad Syah Putra, M.Pd., M.Ag. Dosen Pascasarjana Magister Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) 

Oleh Dr. Rahmad Syah Putra, M.Pd., M.Ag.

Keputusan ASEAN untuk menerima Timor Leste sebagai anggota penuh ke-11 pada KTT ASEAN ke-47 tahun 2025 di Malaysia menjadi babak baru dalam perjalanan integrasi Asia Tenggara.

Negara kecil berusia dua dekade ini akhirnya menapaki tangga keanggotaan penuh setelah menunggu sejak 2011.

Bagi ASEAN, kehadiran Timor Leste menegaskan komitmen terhadap prinsip “One Vision, One Identity, One Community”.

Namun bagi Timor Leste, keanggotaan ini bukan sekadar pengakuan politik, melainkan peluang strategis untuk memperkuat tata kelola pemerintahan, sistem ekonomi, dan terutama mutu pendidikan nasional agar sejajar dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Sebagai akademisi di bidang penjaminan mutu pendidikan, saya meyakini keberhasilan integrasi Timor Leste ke dalam ASEAN akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan sistem pendidikan sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan.

Pendidikan bukan hanya instrumen pembangunan sosial, tetapi juga fondasi diplomasi, integrasi ekonomi, dan stabilitas politik kawasan.

Baca juga: Batas Waktu Uji Device Rekrutmen PLN 2025, Panita Sarankan Gunakan Hal Ini saat Pelaksanaan Tes GAT

Tantangan dan Harapan Baru

Timor Leste memiliki perjalanan panjang menuju kemerdekaan. Setelah lepas dari Indonesia melalui referendum 1999, negara ini membangun kembali institusi politik dan ekonominya dengan dukungan internasional.

 Upaya untuk bergabung dengan ASEAN mencerminkan tekad menjadi bagian dari komunitas regional yang stabil dan berorientasi pada kerja sama.

Penerimaan Timor Leste mengirimkan pesan penting bahwa inklusivitas dan solidaritas tetap menjadi roh utama ASEAN.

Bagi negara muda ini, kesempatan tersebut menjadi ruang belajar dari negara-negara anggota yang lebih mapan dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan manusia.
Tantangan ekonomi Timor Leste tidak kecil. 

Struktur ekonominya masih didominasi sektor minyak dan gas, sementara sektor pendidikan, pertanian, dan pariwisata belum optimal menopang pertumbuhan jangka panjang.

Dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) dan Master Plan on ASEAN Connectivity 2025, integrasi ekonomi harus diikuti dengan pembangunan SDM dan pendidikan vokasional.

Pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja ASEAN menjadi kunci agar Timor Leste tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga kontributor aktif dalam ekonomi kawasan.

Penguatan pendidikan teknik dan kejuruan (TVET), sistem akreditasi pendidikan tinggi, serta penjaminan mutu pendidikan vokasi lintas negara dapat menjadi area kerja sama konkret antara Timor Leste dan lembaga pendidikan di Indonesia, Malaysia, serta Singapura.

Hal ini sejalan dengan semangat ASEAN Qualifications Reference Framework (AQRF), yang berfungsi menghubungkan standar kompetensi dan kualifikasi pendidikan antarnegara ASEAN.

Baca juga: Bahayakan Penerbangan, Main Layangan Dekat Bandara SIM Bisa Didenda Rp1 Miliar

Pendidikan sebagai Pilar Integrasi

Dalam konteks penjaminan mutu pendidikan, Timor Leste menghadapi tantangan mendasar yakni ketimpangan akses, kualitas guru, dan infrastruktur pendidikan.

Data UNESCO menunjukkan bahwa angka partisipasi pendidikan menengah di Timor Leste masih di bawah 60 persen, sementara kurikulum dan sistem evaluasi belum terstandarisasi secara regional.

Masuknya Timor Leste ke ASEAN membuka peluang memperkuat sistem pendidikan yang terintegrasi dan berkualitas.

ASEAN memiliki sejumlah inisiatif yang bisa dimanfaatkan Timor Leste, antara lain ASEAN University Network (AUN) yang mendorong pertukaran mahasiswa dan riset bersama, ASEAN Quality Assurance Network (AQAN) yang mengembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi, serta SEAMEO yang berperan dalam pelatihan guru dan inovasi pembelajaran di Asia Tenggara.

Dalam jangka panjang, mutu pendidikan akan menjadi tolak ukur sejati keberhasilan integrasi ASEAN, bukan hanya produk domestik bruto (PDB) atau perdagangan bebas.

Sebagai peneliti di bidang penjaminan mutu, saya melihat bahwa tantangan utama Timor Leste bukan sekadar membangun sekolah atau universitas baru, melainkan membangun budaya mutu (quality culture) dalam penyelenggaraan pendidikan.

Mutu tidak dapat dibentuk secara instan melalui kebijakan, tetapi harus tumbuh dari komitmen, transparansi, dan evaluasi berkelanjutan.

Dalam konteks ini, Timor Leste dapat mencontoh lembaga penjaminan mutu seperti BAN-PT (Indonesia), MQA (Malaysia), dan AUN-QA (ASEAN).

Penguatan National Accreditation and Quality Assurance Agency (ANAQ) di Timor Leste menjadi penting agar mampu memenuhi standar regional. Kolaborasi riset lintas universitas ASEAN juga dapat mendorong transfer pengetahuan dan teknologi pendidikan.

Indonesia, dengan pengalaman panjang dalam sistem akreditasi dan pelatihan dosen, dapat menjadi mitra strategis untuk membantu Timor Leste meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan vokasional.

Arah Kebijakan ke Depan

Tantangan utama bagi Timor Leste adalah keterbatasan SDM, pendanaan, dan kesinambungan kebijakan pendidikan. Banyak guru belum memiliki kualifikasi profesional yang memadai, sementara fasilitas teknologi pembelajaran masih terbatas.

Namun ASEAN telah menunjukkan komitmen mendukung transformasi pendidikan Timor Leste melalui ASEAN Development Fund dan Technical Assistance Programmes yang memfasilitasi pelatihan pendidik, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, dan penerapan pembelajaran digital.

Langkah selanjutnya yang krusial adalah memastikan mutu pendidikan menjadi agenda utama ASEAN 2025, bukan sekadar isu pelengkap. Dengan pendekatan berbasis mutu, integrasi Timor Leste tidak hanya memperluas peta politik ASEAN, tetapi juga memperdalam kualitas manusia Asia Tenggara.

Masuknya Timor Leste ke ASEAN merupakan momen strategis bagi kawasan dan peluang bersejarah bagi pendidikan Asia Tenggara. Integrasi ini bukan hanya soal diplomasi dan perdagangan, melainkan tentang bagaimana setiap negara berkomitmen membangun mutu manusia dan sistem pendidikan yang berdaya saing global.

Sebagaimana visi ASEAN 2025: Forging Ahead Together, masa depan kawasan akan sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Penerimaan Timor Leste menjadi pengingat bahwa ASEAN tidak hanya perlu memperluas keanggotaan, tetapi juga memastikan mutu dan pemerataan kesempatan belajar bagi seluruh warga Asia Tenggara. [*]

Penulis adalah Dosen Pascasarjana Magister Penjaminan Mutu Pendidikan  Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Email: rahmad@bbg.ac.id

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved