Breaking News

Kupi Beungoh

Menemukan Harapan di Geurutee

Gagasan tentang Terowongan Geurutee telah berhembus sejak lebih dari satu dekade lalu. Pada 2012, pemerintah daerah mulai perencanaan.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Jasman J. Ma'ruf adalah Profesor Manajemen di FEB USK 

Oktober 2025 menjadi angin segar yang lama dinantikan. Tim dari Bappenas dan Kementerian PUPR datang ke lokasi, membawa peta, alat ukur, dan barangkali sepotong harapan yang belum hilang seluruhnya. Namun, langkah mereka tak muncul begitu saja.

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dalam beberapa pertemuan lintas kementerian, kembali menyuarakan kegelisahan masyarakat. Ia mengingatkan bahwa Geurutee bukan hanya soal pembangunan, melainkan soal nyawa. Seruan itu menggugah, dan menjadi alarm bagi pusat untuk tak lagi membiarkan rencana ini menjadi fosil dalam dokumen perencanaan.

Kini, pembicaraan menyentuh hal-hal teknis: pembebasan lahan, Amdal, hingga skema pembiayaan baik melalui APBN, kerja sama pemerintah dengan badan usaha, atau pinjaman luar negeri. Semua itu penting. Tapi lebih penting lagi adalah menjadikan ini prioritas, bukan sekadar wacana tahunan.

Terowongan Harapan 

Di balik lengkung batu dan tanah, terowongan tak hanya menyambungkan tempat ia menyambungkan rasa. Ia menjadi jembatan dari kerentanan menuju keselamatan, dari keterpencilan menuju keterhubungan, dari dilupakan menuju diakui.

Seperti kata Khalil Gibran, "Dari penderitaanlah muncul jiwa-jiwa terkuat; karakter terbesar dibentuk oleh luka yang paling dalam." Dan luka itu telah lama didera oleh masyarakat di sepanjang barat selatan Aceh dipinggirkan infrastruktur, dilupakan dalam prioritas, dan dijadikan angka statistik dalam laporan tahunan.

Tapi kita tidak boleh terus menunggu. Terowongan ini tak akan hadir hanya dengan proposal atau rapat-rapat di ruangan ber-AC. Ia akan hadir jika rakyat Aceh bersuara lantang, bergerak serempak, dan menolak untuk dilupakan lagi.
Kita harus bangkit bukan sebagai penerima keputusan, tapi sebagai penentu arah. Karena pembangunan yang manusiawi hanya mungkin terjadi jika rakyatnya sendiri tidak tinggal diam.

Terowongan Geurutee adalah terang kecil di ujung gelap itu tetapi cahaya itu hanya akan menyala jika kita semua ikut meniup bara harapannya.
Ia bisa menjadi simbol bahwa negara hadir. Tapi lebih dari itu, ia juga bisa menjadi bukti bahwa rakyat Aceh tidak lagi diam.

 Jangan Tunda Lagi

Jika negara ingin benar-benar berpihak pada yang tak terdengar suaranya, inilah saatnya membuktikan.

Terowongan Geurutee tidak bisa terus menjadi kisah yang tertunda. Tidak untuk kesekian kali.

Karena ini bukan sekadar soal konstruksi ini soal denyut ekonomi rakyat kecil yang selama ini tersendat. Terowongan ini akan memangkas waktu dan biaya distribusi hasil pertanian dan perikanan dari kawasan barat selatan Aceh, yang selama ini terkungkung mahalnya logistik dan lamanya perjalanan. 

Akses yang aman dan cepat akan menjadi jalan masuk bagi kebangkitan sektor pariwisata. Bayangkan Geurutee bukan lagi dikenal karena tikungannya yang mematikan, tetapi karena pemandangan eksotis yang bisa dinikmati tanpa cemas membuka ruang tumbuh bagi homestay, UMKM lokal, dan sektor jasa lainnya.

Namun jika terus ditunda, biaya diam itu jauh lebih mahal daripada biaya membangun. Kita akan terus membayar dalam bentuk kecelakaan, keterisolasian, mahalnya logistik, dan potensi ekonomi yang menguap setiap hari. Bahkan lebih dari itu kita membayar dengan kepercayaan publik yang semakin luntur, dan harapan rakyat yang pelan-pelan padam.

Pemerintah daerah dan pusat mesti berjalan seiring, bukan saling menunggu. Legislatif harus ikut mengawal.
Dan yang terpenting: publik Aceh harus menjaga nyala ini menjaga agar harapan ini tak kembali menjadi bangkai wacana akibat pergantian jabatan dan musim anggaran.

Karena kadang, pembangunan yang paling berarti bukan yang paling besar, melainkan yang paling manusiawi yang menjawab tangis sunyi di tempat-tempat yang selama ini terabaikan.

 

Penulis adalah Jasman J. Ma'ruf adalah Profesor Manajemen di FEB USK

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved