Jurnalime Warga
Dari Vietnam ke Aceh: Membangun Kesadaran melalui Sejarah
Mengingat pentingnya peristiwa perang, pemerintah Vietnam membangun beberapa museum yang memamerkan benda-benda sisa perang..
Salah satu contoh paling menyakitkan adalah kasus Rumoh Geudong, situs penuh makna dan luka sejarah, yang bukan dijadikan monumen peringatan, tetapi malah dialihfungsikan tanpa sensitivitas terhadap memori kolektif masyarakat Aceh.
Padahal pelestarian sejarah bukan sekadar urusan fisik atau benda mati. Ia adalah upaya menjaga nyala ingatan bersama, yang menjadi fondasi dari jati diri suatu bangsa.
Sejarah yang dirawat dengan baik akan membentuk generasi yang sadar akan akar dan nilainya, serta mampu berdiri teguh di tengah gelombang globalisasi yang bisa mengikis identitas.
Sebaliknya, ketika sejarah diabaikan, jati diri akan memudar, dan bangsa akan kehilangan arah.
Apa yang dilakukan Vietnam melalui museum-museumnya adalah contoh nyata bagaimana sebuah bangsa membangun kekuatan dari masa lalu.
Museum di Ho Chi Minh tidak hanya menyampaikan kisah sejarah, tetapi membentuk kesadaran generasi muda akan pentingnya mengenal masa lalu sebagai bagian dari identitas nasional.
Ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita di Aceh. Sebab, bagaimana mungkin kita mengharap dunia untuk menghargai siapa kita, jika kita sendiri melupakan siapa diri kita?
Kini, saatnya kita menoleh kembali ke warisan sejarah kita, bukan untuk ditangisi, tetapi untuk dijaga, dirawat, dan dijadikan sumber kekuatan kolektif dalam membangun masa depan.
Pelestarian sejarah bukan sekadar romantisme masa lalu, tetapi bagian dari perjuangan panjang untuk menjaga martabat dan eksistensi bangsa. Ia adalah cermin yang menunjukkan siapa kita sebenarnya.
Sebagaimana pernah ditegaskan oleh Dr Hasan di Tiro dalam bukunya Aceh Bak Mata Doenya, “Generasi Aceh adalah generasi yang bodoh. Mereka bahkan tidak mengetahui betapa mulianya nenek moyang mereka sendiri.”
Sebuah tamparan keras yang seharusnya membangunkan kita dari tidur panjang dan menyadarkan kita akan pentingnya merawat jati diri melalui sejarah.
Sebab, bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang berani berjuang, tetapi juga bangsa yang tahu cara menghormati dan menjaga warisan perjuangannya.
Kami dari Generasi Z dan Generasi Alpha menanti hadirnya kebijakan pemerintah Aceh, terkhusus pada pundak Tim perumus RPJM Gubernur/Wagub Mualem – Dek Fadh yang super gemuk itu, untuk merancang pembangunan Museum Heroisme Aceh dari masa aneksasi Portugis, British, Holland hingga konflik RI – GAM era modern. Semoga!
(*)
Penulis Aulia Rizki, Mahasiswa magister asal Aceh pada Program Double Degree LPDP - Kemenag RI di Universiti Utara Malaysia, email: online.rizki@gmail.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Aulia-Rizki-Mahasiswa-magister-asal-Aceh-Program-LPDP.jpg)