Kisah Nek Ramlah Hidup Sebatang Kara di Nagan Raya, Sudah 12 Tahun tak Beli Daging Meugang
Dalam gelapnya malam, Mak Inop hanya ditemani penerangan yang dihasilkan lilin pemberian tetangganya
Laporan Riski Bintang | Nagan Raya
SERAMBINEWS.COM, SUKA MAKMUE - Nek Ramlah (65) atau yang lebih dikenal Mak Inop sudah 12 tahun hidup sebatang kara di sebuah rumahnya di Dusun Rubek, Desa Padang Rubek, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya.
Hidup dengan penuh kekurangan tidak membuat Mak Inop putus asa atau mengeluh kepada orang lain.
Walau usia senja, namun kegigihannya dalam mencari makan untuk sehari-hari tetap ia tekuni, meskipun kadang-kadang kaki tuanya tak sanggup untuk melangkah.
Baca: Sempat Tembus Rp 200 Ribu/Kg, Harga Daging Meugang Turun Jadi Rp 180 Ribu
Baca: VIDEO Edi Fadhil Bangun Istana Orang Miskin
Baca: Tak Dapat Beras Miskin, Warga Jalan Kaki 4 Kilometer Menuju DPRK Aceh Barat
Ditemui di rumahnya yang hanya berdindingkan papan, Mak Inop nampak tegar.
Walau sekali kali ia menyapu pipi lesunya yang dibasahi linangan air mata mengingat akan takdir hidup yang ia jalani.
"Bersyukur masih diberikan umur sehat dan tempat tinggal dan berdekatan dengan tetangga yang mau memperhatikan saya," jelasnya kepada Serambinews.com, Selasa (15/5/2018).
Baca: Daging Meugang di Meulaboh Rp 180 Ribu Sekilo, Siangnya Turun Jadi Rp 150 Ribu
Baca: Miris, Meski Tinggal di Rumah Bocor, Keluarga Miskin Ini tak Terima Dana PKH
Baca: Berkuasa Sejak 1998, Pria ini Jadi Menteri Utama Termiskin, Uang di Rekeningnya Rp 507.000
Ia menceritakan, kehidupannya sejak 12 tahun dulu setelah berpisah dari suaminya hanya dijalani sendiri tanpa ada seorang pun anak.
"Saya memang gak punya anak, cuma ada anak tiri, ya namanya juga anak tiri setelah berpisah dengan sang ayahnya saya tidak ada yang peduli," ceritanya.
Kesedihan Mak Inop kembali ditambah dengan kondisi rumah yang ia tempati tidak memiliki sumur untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Baca: BREAKING NEWS : Plt Kadis di Lhokseumawe Ditangkap Polisi Karena Postinganya di Facebook
Baca: Kumpulan Sopir Truk di Pidie Santuni Anak Yatim, Sisihkan Penghasilan Untuk Warga Miskin
Baca: Aceh, Kemiskinan dan Anggaran Melimpah
"Kalau untuk minum dan wudhu saya hanya mengandalkan air hujan yang ditampung timba-timba kecil di depan rumahnya," ungkapnya.
Dalam gelapnya malam, Mak Inop hanya ditemani penerangan yang dihasilkan lilin pemberian tetangganya.
Karena tidak adanya aliran listrik yang menerangi rumah lansia itu.
Baca: Ikhlaskah Orang Miskin Menyumbang Orang Kaya?
Baca: Puluhan Warga Miskin di Gampong Alue Tho belum Pernah Terima Raskin
Baca: Kemiskinan dan RAPBA 2018
Menceritakan hidupnya, Mak Inop tak berhenti mengeluarkan air mata yang membuat semua yang mendengar ikut terbawa suasana sedih.
"Kalau meugang kayak gini ya, cuma makan daging yang dibagikan oleh tetangga, saya sendiri sudah 12 tahun tidak pernah beli daging, hampir selama di sini," imbuhnya.