Mengenang Tsunami

Anakku Meninggal, Suami Menceraikanku

Petaka baru timbul dalam rumah tanggaku. Suamiku berselingkuh pada saat bayiku masih berumur 6 bulan

Dalam masa proses perceraian, suamiku menikah lagi dengan janda yang mempunyai 2 orang anak. Selama kami berpisah suamiku hanya memberikan kepada anak sepasang sepatu, mobilan dan dua buah celana serta uang zakat Fitrah Rp 20.000 waktu hari raya idul fitri tahun 2007. Selanjutnya tidak pernah diberiakan lagi karena dia menganggap aku punya penghasilan sendiri. Semua itu hukumnya kuserahkan kepada Allah, karena  Allah adalah hakim yang paling adil.,

Januari 2008 aku terima putusan yang tercantum beberapa harta bersama  di mana aku mendapat seperduanya. Suamiku tidak puas dia naik banding yang memakan waktu hampir 1 tahun. Dalam putusan itu jaga masih tetap sama bunyinya. Lagi-lagi suamiku tidak puas, dia ajukan kasasi ke Mahkamah Agung, Kira-kira 8 bulan kemudian, aku terima putusan dari Mahkamah Agung yang isinya tetap aku mendapatkan hak.

Akhirnya 20 Januari 2010 aku menerima panggilan untuk menghadiri sidang untuk mendengar  “ikrar talak” dari suamiku. Setelah dia membayar uang sidang dan menyuruh hakim untuk memanggil aku, ternyata dia tidak hadir tanpa alasan. Dengan demikian aku harus menunggu 6 bulan, sebagai kesempatan baginya untuk mengambil kesimpulan.

Setelah 6 bulan juga tidak ada kabar tentang itu, aku kembali menempati rumah sampai sekarang Aku merasa lebih bahagia bersama anak. Karena aku tidak merasa sepi, ada Allah yang menemani.

Para pembaca yang dirahmati Allah……..

Setiap musibah pasti ada hikmahnya. Aku yakin Allah selalu memberikan yang terbaik buat kita. Asalkan kita tidak lupa mendekatkan diri kepadaNya dan berdo’a selalu meminta yang terbaik buat kita

Begitulah kisah perjalanan hidupku, semoga kita menjadi wanita yang tegar.

Aku ingin menulis beberapa catatan harianku.

Minggu Kelabu
26 Desember 2004

Perjalanan hidupku…..
Sejak gempa dan gelombang tsunami melanda negeriku, merampas orang-orang yang kucintai. Tetapi aku sadar semua itu atas kehendakMu. Ya Ilahi Rabbi, seandainya aku tidak dapat bertemu dengan buah hatiku, yang merupakan amanahMu.
Dengan segala kerendahan hati, aku mohon kepadaMu untuk dapat mempertemukan kami di akhirat nanti. Sungguh ini kenyataan yang terpahit bagiku, dan sulit untuk kulupakan, namun aku menerimanya dengan kesabaran……..
Minggu, 30 Januari 2005

Bogor, 5 Pebruari 2005

Kisah sedih dalam perjalanan hidupku.
Oh Tuhan….. Berilah aku kekuatan dalam menghadapi cobaanMu. Mengapa kenyataan pahit ini harus menimpa diriku. Tapi aku yakin dan percaya, Engkau tidak pernah keliru dalam mengambil keputusan dan sama sekali tidak pernah salah dalam menentukan sesuatu.

Mengapa Engkau menggerakkan hatiku untuk menyuruh anak-anakku pergi ke rumah nenek? Sehingga aku merasa disalahkan. Padahal tujuan ku agar anak-anak selamat dari bencana ini..Tetapi Engkau berkehendak lain. Engkau mengambil kembali semua titipanMu yang telah engkau amanahkan.
Melalui rubrik ini, aku ingin berpesan kepada wanita yang mungkin senasib denganku. Aku pernah mendengar orang berpesan padaku……

Jika sendiri janganlah merasa sepi, ada Allah yang mengawasi.
Jika sedih janganlah disimpan didalam hati, ada Allah tempat berbagi.
Jika susah janganlah merasa pilu, ada Allah tempat mengadu.
Jika gagal janganlah berputus asa, ada Allah tempat meminta.
Jika bahagia janganlah menjadi lupa, ada Allah tempat memuja.
Ingat Allah selalu…Ukirlah nama-Nya dihatimu

***
Lhoknga, Malam Jumat 22 Desember 2011
Wassalam,
NH & ZIKRA

---------------------------
Kenangan dalam bentuk tulisan dapat dikirimkan ke email: kenangtsunami2612@serambinews.com beserta foto diri, keluarga, dan kerabat yang meninggal akibat tsunami. Tak terkecuali korban selamat (survivor) yang kini telah mampu bangkit menata kehidupannya kembali.
 

              


             

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved