Breaking News

Kisah Tentara Bayaran Rusia Bertempur di Suriah, Orang Tua Terima Mayat Anaknya dan Uang Miliaran

"Mama, saya pergi ke garis pertempuran," tulis Yevgeny dalam salah satu surat, seraya menambahkan pasir di Suriah begitu berkilau

Editor: Muhammad Hadi

Akta kematian Poddubny, yang ditandatangani Sekretaris Kedutaan Rusia, Zaur Guseinov, menyebut dia terbakar sampai meninggal.

Lebih lanjut, akta kematian Poddubny bernomor 131. Berdasarkan panduan Kementerian Kehakiman Rusia, akta kematian yang dirilis kedutaan disusun sesuai dengan urutan nomor, dimulai dari angka nol pada awal tahun.

Akta kematian Yevgeny Alikov, yang tewas pada 2 September, bernomor 77.

Baca: Singa Ini Dievakuasi Dari Perang Suriah, Kini Mereka Nyaman di Turki

Artinya, jumlah kematian warga Rusia di Suriah sepanjang September 2017 sedikitnya berjumlah 54 orang (yang merupakan selisih dari 131 dan 77).

Konsulat Rusia tidak mencatat kematian personel militer, hanya warga sipil.

Namun, tidak ada satu insiden pun yang menjelaskan mengapa begitu banyak warga sipil Rusia yang tewas di Suriah.

Baru kemudian pemerintah Rusia mengakui mungkin lima sukarelawan asal Rusia yang tewas setelah serangan udara AS pada 7 Februari lalu.

Baca: Ceraikan Putri Putin, Miliarder Rusia Kirill Shamalov Kehilangan Setengah Hartanya

Sebagian wajah kota Aleppo, ibu kota Provinsi Aleppo, yang sekaligus kota terbesar kedua di Suriah, compang-camping akibat perang saudara yang telah berjalan sejak Maret 2011.
Sebagian wajah kota Aleppo, ibu kota Provinsi Aleppo, yang sekaligus kota terbesar kedua di Suriah, compang-camping akibat perang saudara yang telah berjalan sejak Maret 2011. (Reuters/Getty Images)

Lantas, pada 20 Februari, pemerintah menyatakan "lusinan" warga Rusia tewas atau terluka dalam "sebuah bentrokan" dan mereka bukanlah tentara reguler. Namun, pemerintah menolak memaparkan secara detil.

Kementerian Pertahanan Rusia sejauh ini mengatakan, hanya 44 personel militer negara itu yang tewas di Suriah.

Berjuang demi pengakuan 

Di atas meja dapur Nina terdapat tumpukan permintaan informasi dan jawaban resmi yang ditandai dengan cap biru.

Dia kini punya satu tujuan yaitu mendapat pengakuan resmi pemerintah bahwa putranya tewas demi negaranya.

Baca: ISIS Penggal Agen Intelijen Rusia di Suriah

Rahang Nina bergetar saat mengatakan, "Saya ingin menanyakan ini, dengan cara apa seorang anak dikirim pasukan bersenjata yang berbeda, yang pergi sebagai sukarelawan?"

Meski Kremlin menolak mengakui kematian putranya, Nina mendapat sokongan dari para pemimpin daerah. Di meja dapur itu, Nina didampingi pemimpin setempat, Galina Staritsyna.

"Dia salah seorang dari kami. Kami sedang mengambil langkah-langkah dan menyediakan sokongan. Ini bukan lagi untuk didiskusikan," kata Staritsyna.

Foto Yevgeny kini terpampang di museum setempat bersama dengan foto warga kota yang tewas bertempur di Chechnya dan Afghanistan.

Baca: Suriah Berpeluang Lolos Piala Dunia 2018, Tapi 100 Pesepakbola Penentang Assad Dinyatakan Hilang 

Nina Atyusheva memperlihatkan kalung pengenal milik mendiang putranya, Yevgeny Alikov.(BBC Indonesia)
Nina Atyusheva memperlihatkan kalung pengenal milik mendiang putranya, Yevgeny Alikov.(BBC Indonesia) ()

Dewan Kota juga menolong dengan menerbitkan obituari singkat di halaman terakhir koran lokal, tepat di samping iklan yang menawarkan anak anjing gratis.

Nina berharap pemerintah tak hanya mengakui kematian putranya, tapi juga kematian seluruh tentara bayaran di Suriah.

"Ini tidak adil. Dia tidak meninggal dalam pertikaian di gang, tapi di pertempuran. Saya menginginkan semacam apresiasi atau ucapan terima kasih untuknya dari pemerintah."

"Saya tidak meminta sesuatu yang luar biasa. Atau mungkin dia meninggal sia-sia? Saya tidak tahu lagi," tutup perempuan pensiunan itu.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved