Kupi Beungoh
Baitul Asyi dan Krisis Kepercayaan Orang Aceh pada Indonesia
Fenomena inilah yang membuat orang Aceh lebih percaya pada nazir yang ditunjuk oleh Mahkamah Saudi Arabia dibanding pada BPKH Indonesia
Berikut tulisan saya di status Facebook.
SESUAI akadnya, harta waqaf dari Habib Bugak Asyi di Mekkah hanya boleh dimanfaatkan oleh jamaah haji asal Aceh (saat itu belum ada Indonesia) dan atau pelajar asal Aceh yg menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah. Kalau orang Aceh sudah "punah" alias tidak datang lagi ke Mekkah, maka harta waqaf itu boleh dimanfaatkan oleh orang lain dari Nusantara.
Demikian inti pesan yg dapat saya rekam dari pidato dokter Abdurrahman Asyi, nazir (pengelola) Baitul Asyi, dlm jamuan makan malam dg Jamaah Umrah DPD I KNPI Aceh 2017 di Aula Hotel Waqaf Muhammad Qasim Bik, Kudai, Mekkah, pada Maret 2017. Turut hadir pada jamuan itu Syeikh Muhammad Balthu yg juga nazir waqaf Baitul Asyi mewakili mahkamah Saudi.
Harta waqaf Aceh (Baitul Asyi) di Mekkah sekarang sudah berkembang sangat pesat; terdiri dari beberapa hotel (Ramada Hotel, Elaf Hotel), dan beberapa rumah dan apartemen. Hotel-hotel itu terletak di tempat-tempat strategis, hanya beberapa ratus meter dari gerbang Masjidil Haram. Tamu-tamu di hotel ini dapat dengan mudah bolak-balik ke masjid untuk shalat jamaah.
Kepada kami rombongan umrah KNPI Aceh 2017 tidak dibenarkan menggunakan fasilitas hotel milik Baitul Asyi. Menurut Abdurrahman Asyi dan Syeikh Balthu, jamaah umrah tidak berhak atas fasilitas Baitul Asyi karena dalam akad waqaf hanya disebutkan utk jamaah haji asal Kerajaan Aceh dan pelajar asal Aceh yg belajar di Mekkah.
"Ibadah umrah dan ibadah haji itu berbeda," kata sang nazir, dokter Abdurrahman Asyi. Kalimat ini memperlihatkan sikap tegas dan amanah Nazir Baitul Asyi yg tidak ingin menyeleweng sedikit pun dlm mengelola harta waqaf Habib Bugak.
Karena Abdurrahman Asyi adalah seorang jutawan kaya raya di Saudi, maka kepada jamaah umrah KNPI Aceh 2017 disediakan hotel lain, Hotel Wakaf Qasim Bik, sebagai tempat utk kami menginap. Bahkan lengkap dg nasi kotak ukuran jumbo sehari 3 kali. "Yang ini adalah sedekah dari saya, bukan dari Baitul Asyi," lanjut Abdurrahman. Klir, tidak meungom-ngom.
Keuntungan dari sewa beberapa hotel dan apartemen milik Baitul Asyi inilah yg dibagi-bagi kpd setiap jamaah haji asal Aceh setiap tahunnya. Setiap jamaah haji asal Aceh mendapatkan uang cash antara Rp 5 - 6 juta ketika tiba di Mekkah.
Saat ini, nilai aset Baitul Asyi diperkirakan sudah lebih Rp 20 T. Wow! Menggiurkan bukan? Bertusss...
Pulihkan Kepercayaan
Krisis kepercayaan rakyat Aceh terhadap Indonesia yang belum pulih tidak sepatutnya dibiarkan berlanjut.
Harus ada upaya-upaya dari Pemerintah Indonesia untuk mengobati kekecewaan yang dialami rakyat Aceh. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain, adalah:
1. Maskapai Garuda Indonesia harus mengakui kembali bahwa ada saham rakyat Aceh melalui pesawat Dacota Seulawah RI 001 dan RI 002 dalam pendirian maskapai negara ini. Kisahnya harus selalu dicantumkan dalam majalah dan media informasi lainnya. Selain itu, Garuda Indonesia perlu memberikan harga khusus yang non-komersil untuk rute penerbangan dari dan ke Aceh. Dengan bahasa lain, bek ceukak yuem keu ureung Aceh selaku pemilik saham awal.
(Baca: Pengakuan Nyak Sandang Soal Pesawat Seulawah RI-001: Kami Patuh Ulama karena tidak Mau Terus Dijajah)
2. Pemerintah Joko Widodo perlu menebus kesalahan dan kegagalan pemimpin Indonesia sebelumnya. Penenebusan kesalahan dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a). Melakukan investigasi dan mengadili para pelanggar HAM pada konflik;
b). Menggenjot pembangunan strategis nasional di semua sektor yang berdampak ekonomi massal dan berjangka panjang, seperti pembangunan ruas jalan yang saling terhubung antarkabupaten, pembangunan irigasi besar, percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lhokseumawe, pembangunan Kawasan Ekonomi dan Wisata Khusus Sabang, pembangunan sekolah unggul nasional di tiap kabupaten/kota, percepatan pembangunan jalan tol dari Banda Aceh - Medan dan dari Banda Aceh - Singkil, dan lain-lain.
(Baca: Target Pembangunan Jalan Tol Juli)
Krisis kepercayaan yang terjadi di Aceh bukanlah kesalahan Presiden Joko Widodo, melainkan kesalahan para pemimpin sebelumnya terutama pada masa pra-damai. Namun, harapan akan pemulihan krisis kepercayaan tetap digantungkan pada pundak Jokowi yang saat ini memimpin Indonesia.
Melihat track recordnya yang tidak ternoda dengan dosa-dosa terhadap Aceh pada masa lampau, kita percaya Jokowi mampu menekan krisis kepercayaan ini. Apalagi yang bersangkutan adalah pemimpin bersih, pekerja keras, berasal dari kalangan sipil, dan pernah bermukim di Aceh dalam waktu yang lama. Semoga!
* PENULIS Hasan Basri M Nur adalah Mahasiswa Universiti Utara Malaysia (UUM), bekerja pada Yayasan Ummi Gampong Aree, Sigli, dan aktif pada Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), email: hasanbasrimnur@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.