Breaking News

Curhat Warga Korban Gempa Sarahmnane Pidie Jaya, Rumah Bantuan Akankan Tinggal Angan-angan?

Sudah lebih sebulan sejak dipasangnya kerangka baja, rumah tersebut masih terbengkalai, ditelantarkan pekerja.

Penulis: Abdullah Gani | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/ABDULLAH GANI
Rumah bantuan korban gempa bumi Pidie Jaya di Gampong Sarahmane Kecamatan Meurahdua yang masih pada tahap pemasangan kerangka baja atap. Foto direkam, Selasa (2/10/2018). 

Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya

SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Sejumlah warga korban gempa Gampong Sarahmane Kecamatan Meurahdua, Pidie Jaya mulai khawatir dan was-was dengan nasib tempat tinggal mereka.

Pasalnya, rumah bantuan yang sudah hampir rampung dibangun kini dibiarkan terbengkalai.

Para korban yang sudah sekian lama mengidamkan kembali bisa tidur di rumah seperti sebelum bencana, kini sepertinya hanya angan-angan belaka.

Betapa tidak, sudah lebih sebulan sejak dipasangnya kerangka baja, rumah tersebut masih terbengkalai, ditelantarkan pekerja.

Malah ada yang setelah diplaster ditinggalkan begitu saja, sehingga muncul istilah dalam masyarakat “ujeun rah uroue tot” (disirami hujan dan disinari matahari-red).

(Pembangunan 51 Rumah Korban Gempa di Pijay Terhambat, Ini Penjelasan Warga dan Konsultan)

Informasi dihimpun Serambinews.com dari warga, kondisi ini terjadi karena setelah penarikan uang tahap kedua dan membelanjakan barang, rumah dimaksud tidak langsung dilanjutkan.

“Tukang atau pekerja beralih ke gampong lain untuk membangunan rumah bantuan serupa,” kata Tgk Azhari yang dibenarkan Mahdini, serta delapan warga korban gempa calon penerima rumah bantuan di Gampong Sarahmane kepada Serambinews.com, Selasa (2/10/2018).

Di hadapan keuchik dan bendahara Pokmas, Tgk Azhari dan Mahdini mengaku tak habis pikir dengan kondisi demikian.

Pembangunan rumah dinilai sangat lamban.

Uang tahap kedua sudah ditarik dari bank dan sudah dibelanjakan barang, namun rumah dibiarkan begitu saja.

“Rumah saya yang hanya baru selesai diplaster sudah lebih sebulan ditelantarkan,” kata Tgk Azhari dengan nada sedih.

(CPNS 2018 - Setelah Cetak Kartu, Ini Swafoto yang Harus Kamu Perhatikan Syaratnya)

Azhar berharap dinas terkait sesekali memantau kondisi yang terjadi di desanya.

Keluhan lambannya proses perampungan rumah dibenarkan Keuchik Sarahmane, Khairuddin.

Namun, Khairuddin mengatakan pihaknya tak memiliki wewenang dalam persoalan rumah bantuan gempa.

Kepala Pelaksana BPBD Pijay, HM Nasir SPd yang dimintai tanggapannya juga mengatakan persoalan rumah bantuan ini tidak ada sangkut pautnya dengan BPBD.

“Itu sepenuhnya urusan pokmas karena masyarakat itu sendiri yang membentuk pokmas sebelum pekerjaan itu dilakukan,” kata Nasir.

“Kecuali jika ada kendala dari segi dana, itu baru urusan BPBD. Saat ini realisasi anggaran berjalan dengan lancar,” lanjutnya.

(Kisah Korban Gempa - Maslan Cerita Tentang Istrinya Lagi Hamil Masih Tertimbun di Puing Rumah Sakit)

(KNPI Pijay Galang Dana untuk Korban Gempa dan Tsunami Palu-Donggala Sulawesi Tengah)

Pencairan dana pembangunan rumah bantuan untuk korban gempa itu dilakukan dalam tiga tahap.

Tahap awal atau pertama, sebelum pekerjaan itu dilakukan, sebesar 40 persen.

Tahap kedua tiga puluh persen, dan tahap terakhir 30 persen.

“Masing-masing tahapan dibuat administrasi pertanggungjawaban uang,” papar Nasir.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved