Kupi Beungoh
Miliki Dana Otsus, Aceh Tetap Juara 1 Miskin, Kenapa?
Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, pada bulan Maret 2018 merilis jumlah penduduk miskin di Aceh bertambah 10 ribu jiwa
Fakir adalah orang yang tidak punya harta sama sekali atau tidak mencukupi kebutuhan hidup.
Sedangkan miskin adalah orang yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan ekonomi atau bisa dikatakan kekurangan uang dan barang untuk menjalani kelangsungan hidupnya. (Lihat Hasan Basri M. Nur dan Ahmad Zaki Huasini, Pemuda, Pengangguran, dan Life Skill, 2017).
Baca: Aceh Usul Rp 2 T untuk Kemiskinan
Baca: Kemiskinan Ganda
Ada beberapa penyebab Aceh tetap miskin walau memiliki dana Otsus. Antara lain yaitu:
1. Pejabat korup
Sudah menjadi rahasia umum banyak pejabat di Indonesia yang gemar melakukan korupsi. Para koruptor dalam pemerintahan bertabur sangat banyak, mulai pejabat eksekutif (Gubernur, Bupati, Kepala Dinas dan lain-lain), legislatif (DPR-RI, DPRA, DPRK), hingga yudikatif (pengadilan, hakim).
Korupsi seakan sudah menjadi budaya di Indonesia.
Akhir-akhir ini kita sedih mendapat kabar bahwa Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf bersama Bupati Bener Meriah, Ahmadi ditangkap dan sudah disidang oleh KPK.
Keduanya didakwa melakukan korupsi dana Otsus Aceh. Angkanya bombastis, mencapai Rp 1,5 triliun.
Ini belum lagi kita sebut ada anggota dewan (DPRA) yang diduga “menilep” dana Otsus untuk beasiswa anak-anak Aceh. 70 persen dari dana beasiswa itu masuk ke kantong pribadi sang dewan.
Sang legislator beruntung. Sepertinya kasus ini sudah mulai “dilupakan”. Tragis!
Bagaimana mungkin rakyat akan hidup makmur kalau para pejabatnya dan wakilnya di gedung dewan melakukan korupsi?
Kalau korupsi masih terjadi, maka rakyat akan tetap melarat.
Pantaslah angka kemiskinan tidak mau turun dari waktu ke waktu.
Baca: Pemkab Abdya Sediakan Beasiswa Kuliah ke Mesir, Berharap Bisa Lahirkan Puluhan Hafidz
2. Program tidak tepat sasaran
Penyebab kedua angka kemiskinan di Aceh tidak mau turun adalah karena program pembangunan tidak tepat sasaran.