8 Fakta Menarik Ketegangan AS dan Iran, Dari Drone Ditembak Jatuh Hingga Trump Perintahkan Serangan
Dalam satu pekan terakhir, Iran dan Amerika Serikat (AS) memasuki ketegangan baru di mana pemimpin kedua negara saling bertukar ejekan serta ancaman.
Dia menegaskan Iran tidak akan tunduk terhadap tekanan itu.
"Jika kita menerima tawaran mereka untuk berunding, mereka bakal membuat negara ini menyedihkan," kata Khamenei seperti dilansir Bloomberg via Straits Times Rabu (26/6/2019).
"Dan jika tidak, mereka akan terus menciptakan kegilaan politik, memicu propaganda, dan terus memberikan tekanan," lanjut pemimpin berusia 80 tahun itu.
Dalam pidatonya di hadapan warga ibu kota Teheran, Khamenei menyampaikan bahwa tekanan yang diberikan AS kepada mereka tidak akan memberikan pengaruh.
"Bangsa Iran yang dikasihi ini sudah dihina dan dituduh oleh rezim paling jahat. Yakni AS, yang menebarkan perang dan konflik," sambungnya dikutip AFP.
Dia menegaskan Iran tidak akan tunduk terhadap tekanan itu.
"Iran mencari martabat, kemerdekaan, dan kemajuan. Jadi tekanan dari musuh kejam ini tak berpengaruh," tutur dia.
Khamenei memberikan pernyataan setelah Iran mengumumkan drone pengintai AS yang mereka tembak jatuh ditemukan sekitar enam kilometer di perairan wilayah mereka.
6. Ejekan Presiden Iran kepada Trump
Presiden Iran Hassan Rouhani melontarkan kecaman serta ejekan kepada Presiden Trump setelah Gedung Putih mengumumkan sanksi kepada sejumlah pejabat seniornya.
Rouhani mengatakan, AS melakukan kebohongan ketika menawarkan perundingan.
Sebab di sisi lain, mereka juga menjatuhkan sanksi kepada Menlu Zarif.
Selain itu, Rouhani menyebut tekanan terbaru AS merupakan tindakan yang "keterlaluan serta bodoh".
Dilansir The Independent Selasa (25/6/2019), Rouhani menyebut sanksi itu sebagai perbuatan "idiot dan keterlaluan", dan menyindir AS "menderita keterbelakagan mental".
"Kalian (AS) menjatuhkan sanksi kepada menteri luar negeri secara simultan dan kemudian menawarkan sebuah perundingan?" tanya Rouhani dengan gusar.
Iran sudah memperingatkan bahwa sanksi yang diteken oleh Presiden Donald Trump pada Senin (24/6/2019) itu bakal menutup pintu diplomasi dua negara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi berkata Washington sudah menghancurkan mekanisme internasional untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
7. Trump Sebut Iran Bisa Lenyap jika Melakukan Serangan
Trump melalui serangkaian kicauannya menanggapi dengan berkata bahwa pernyataan Rouhani adalah penghinaan, dan menyebut Iran bakal lenyap jika berani menyerang kepentingan AS.
Selain itu, Trump mengklaim kekuatan militer AS terkuat di dunia berkat dana jumbo yang dihabiskan dalam dua tahun terakhir.
Dia mengaku tak ingin perang dengan Iran.
Namun jika akhirnya terjadi, presiden ke-45 dalam sejarah Negeri "Uncle Sam" itu yakin militernya bakal superior sehingga perang tak bakal berlangsung lama.
Dalam serangkaian kicauannya di Twitter Selasa (25/6/2019), Trump menyebut para pemimpin Iran tidak memahami kata "kasih sayang" serta "kebanggaan", dan hanya paham "kekuatan".
Dia menyebut rakyat Iran menderita karena para pemimpinnya hanya menghabiskan uang untuk mendanai terorisme dan tidak di sektor kehidupan lainnya.
Seperti diwartakan Sky News, Trump mengomentari ucapan Presiden Iran Hassan Rouhani yang mengejek Gedung Putih "menderita keterbelakangan mental".
"Pernyataan Iran yang sangat menghina dan terkesan mengacuhkan ini menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak memahami kenyataan yang terjadi," kata Trump.
"Setiap serangan terhadap orang Amerika bakal dibalas dengan pasukan yang dahsyat. Dengan kata lain, dahsyat berarti lenyap. Tidak akan ada lagi John Kerry dan Obama!" lanjutnya.
8. Iran: AS Kaget Kami Bisa Tembak Drone Mereka
Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan Amerika Serikat ( AS) sama sekali tidak menyangka jika drone pengintai mereka bisa dijatuhkan.
Ketegangan antara Iran dan AS memanas dalam dua pekan terakhir setelah Teheran mengklaim drone RQ-4A Global Hawk AS ditembak karena melanggar wilayah mereka.
Dalam pertemuan dengan pejabat kementerian kesehatan dikutip IRNA via Newsweek, Rouhani berkata AS kaget senjata buatan Iran bisa menghancurkan drone itu.
Menurut Rouhani, jika menggunakan sistem pertahanan rudal S-300 milik Rusia, hasilnya tidak memuaskan. "Namun kami menghancurkan drone canggih dengan teknologi sendiri," klaimnya.
Dilansir AFP, Rouhani dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, dirinya menegaskan Iran sama sekali tidak ingin perang dengan AS.
"Sampai saat ini, kami selalu berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan perdamaian regional, dan bakal berusaha keras untuk mempertahankannya," terangnya.
Jenderal Hossein Salami, Komandan Garda Revolusi menyebut sanksi yang dijatuhkan AS pada Senin (24/6/2019) merupakan tindakan "tak rasional" karena drone mereka jatuh.
Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan negaranya tidak akan tunduk terhadap terhadap tekanan yang dilancarkan oleh Washington.
Ini merupakan komentar pertama Khamenei setelah dirinya disanksi Trump karena dianggap bertanggung jawab atas "sikap permusuhan" yang ditunjukkan Iran.
"Bangsa Iran yang dikasihi ini sudah dihina dan dituduh oleh rezim paling jahat. Yakni AS, yang menebarkan perang dan konflik," sambung pemimpin 80 tahun itu.
Baca: Puluhan Kios Pasar Buah di Lhokseumawe tak Berfungsi, Ini Harapan Dewan
Baca: Jelang Indonesia Open 2019 - Ini Kata Kevin Sanjaya tentang Mempertahankan Gelar Juara
Baca: India Jawab Peringatan AS Untuk Tak Beli Sistem Rudal S-400 Dari Rusia
Baca: Tiga Kali Gagal, Oknum Anggota DPRK Aceh Tenggara Dijadwalkan Dicambuk Besok
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inilah 7 Fakta Menarik Ketegangan AS dan Iran"