Mobil Dinas
Soal Mobdis Pejabat Pijay, Ghazali Abbas: Utamakan Kesejahteraan Rakyat daripada Fasilitas Mewah
Saya harus katakan bahwa Ayub Abbas Al-Hajj Bupati Pidie Jaya benar-benar hidup aji mumpung, raja tega, tidak memiliki hati nurani
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Apalagi, lanjutnya, seorang bupati dan wakil bupati tidak hanya melakukan perjalanan dinas di wilayah Pidie Jaya saja melainkan juga ke luar daerah, bahkan antarprovinsi.
Heri Safrijal juga sudah pernah berdialog dengan wakil bupati Pidie Jaya H Said Mulyadi SE MSi.
Dalam dialog itu dijelaskan, selama ini Said Mulyadi menggunakan mobil Toyota Harrier bekas mobil operasional mantan bupati Pijay perode 2009-2014, Drs HM Gade Salam yang telah berusia 11 tahun lebih.
"Bahkan selama ini mobil tersebut kerap mogok di tengah perjalanan saat melakukan kunjungan dinas dalam daerah maupun luar daerah karna faktor usia," katanya.
Oleh karena itu, Heri menilai, wacana pengadaan kendaraan dinas bupati dan wakil bupati itu bukanlah untuk niat berfoya-foya semata, melainkan memang sudah selayaknya dilakukan.
Karena menurut dia, seorang kepala daerah berhak memiliki mobil dinas yang layak dan memadai sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dijelaskannya, secara regulasi berdasarkan Permendagri Nomor 07 tahun 2006, tentang sarana dan prasarana mobil dinas bupati atau wali kota boleh memakai dua unit mobil dinas, yaitu tipe Sedan 2500 CC dan tipe Jeep 3200 CC.
Untuk wakil bupati dan wakil wali kota juga diperkenankan memakai dua unit mobil dinas, tipe Sedan 2200 CC dan Jeep 2500 CC.
"Dengan adanya regulasi ini artinya mobil dinas yang digunakan harus sesuai dengan standar yang sudah ada dan tidak boleh melebihi. Yang perlu digaris bawahi pengadaan mobdin bupati dan wakil bupati bukan untuk pemborosan anggaran tapi lebih kepada peningkatan pelayanan ke masyarakat Pidie Jaya itu sendiri," demikian Heri.
Seperti diberitakan, dalam sepekan terakhir mencuat isu usulan Pemkab Pidie Jaya yang akan melakukan pengadaan mobil dinas baru bagi kepala daerah hingga tiga pimpinan DPRK setempat.
Rencana itu menuai kritikan dari beberapa LSM bahkan anggota DPRA.
Mereka berpendapat, pengadaan mobil dinas seperti Toyota Alphard hingga Mitsubishi Pajero Sport terlalu mewah di tengah berbagai masalah kesejahteraan dan ekonomi melilit masyarakat Pidie Jaya.(*)