Kupi Beungoh
Banda Aceh dan Masjid Baiturrahman Dalam Catatan Pemuda Khasmir
Pembangunan kembali Masjid Baiturrahman menjadi salah satu upaya pemerintah Belanda untuk mendapatkan simpati masyarakat Aceh.
Ada pula yang berpendapat bahwa masjid asli dibangun oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292.
Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol kehidupan beragama dan keberanian orang Aceh.
Ini juga menjadi salah satu masjid yang terindah yang ada di Indonesia.
• Hubungan Aceh dan Turki dalam Pandangan Orang Khasmir, Sejarah yang Sangat Kaya dan Menarik
• Sultan Iskandar Muda di Mata Warga Khasmir, Pemimpin Muslim yang Saleh dan Sadar Akan Tuhan
• Duka Muslim Khasmir yang Kini Terisolasi
Masjid Raya Baiturrahman memiliki peran sangat penting dalam sejarah Aceh.
Masjid ini pernah menjadi simbol dan pusat perlawanan bersenjata orang-orang terhadap penjajah Belanda.
Karena itu pula, masjid ini pernah dibakar oleh prajurit kolonial Belanda pada tahun 1874.
Tindakan Belanda ini semakin membuat meningkatkan kemarahan orang-orang Aceh.
Setelah itu, pemerintah kolonial Belanda berusaha memperbaiki situasi di Aceh.
Jenderal van Swieten berjanji kepada penguasa setempat bahwa ia akan membangun kembali Masjid Baiturrahman untuk mendapatkan simpati dari rakyat Aceh.
Konstruksi dimulai pada 1879.
Batu pertama diletakkan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil yang menjadi imam pertama.
Konstruksi ini diawasi oleh L.P. Luyks dan beberapa ahli lainnya.
Konstruksi selesai pada 1881 pada masa pemerintahan Daud Shah.
Sebagian besar bahan untuk Masjid ini berasal dari luar Aceh.
Varietas batu berasal dari Belanda.