Jurnalisme Warga
Arena Gembira di Dayah Perbatasan Aceh-Sumut
Abuya meminta saya datang lebih cepat sebelum acara dimulai. Tujuanya agar saya bisa menikmati suasana dayah dan melihat para santri

Beda dengan apel tahunan yang dilaksanakan setahun sekali, Arena Gembira belum tentu dilaksanakan tiga tahun sekali, karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Mulai dari dekorasi background pentas, pengeras suara, lampu sorot, kesiapan siswa, dan keperluan lainnya.
Untuk kegiatan yang jarang dilaksanakan ini para santri telah mempersiapkan beberapa bulan terakhir, mulai dari latihan untuk pertunjukan hingga peralatan yang diperlukan. Semua dilakukan dengan gotong royong para santri. Hanya beberapa keperluan yang perlu disewa dari luar seperti sound system, lighting (pencahayaan), dan pelukis background pentas yang didatangkan khusus dari Sukabumi, Jawa Barat.
Background didesain bak istana megah. Sekilas dilihat sepertinya bangunan asli, tapi semuanya hanya lukisan dalam bentuk tiga dimensi di atas tripleks dengan ukuran ketinggian sekitar 20 meter dan lebar sekitar 30 meter. Apalagi disorot dengan lampu warna-warni menambah kemegahan tampilan pentas utama Arena Gembira pada malam itu.
Di sana anak-anak unjuk kebolehan dalam bidang kesenian yang selama ini dipelajari. Acara ini dihadiri lebih kurang 4.000 penonton, baik masyarakat setempat maupun wali santri, serta tamu undangan lainnya.
Acara diawali dengan pembacaan Quran oleh qari cilik pemenang juara harapan I MTQ Aceh Tahun 2019, Chandra Maulana Helmi yang berasal dari Aceh Tenggara. Suaranya yang merdu membuat suasana begitu syahdu.
"Arena Gembira kali ini persiapannya cukup matang, mulai dari panggung hingga kesiapan para santri. Untuk background menelan biaya lebih dari 60 juta bahkan bisa mencapai 100 juta rupiah kalau dihitung keseluruhannya," kata Muchlisin Desky dalam sambutannya di sela-sela pembukaan kegiatan tersebut.
Memang, katanya, jumlah tersebut terkesan banyak dan pemborosan, tetapi tidak sebanding dengan penghargaan yang kita berikan kepada santri dalam memotivasi mereka dan membentuk karakter melalui kesenian. Dengan cara inilah pihaknya menghargai karya seni anak-anak didiknya yang telah belajar sehingga bisa menunjukkan karya nyata.
Begitu pula dengan santri, mereka begitu bersemangat saat menunjukkan kobolehan mereka di depan masyarakat. Semua santri tampak melakukan tugasnya dengan sempurna di atas pentas tanpa ada kejanggalan.
"Ini juga memotivasi masyarakat agar lebih tertarik memasukkan anaknya ke pesantren. Di pesantren tidak hanya belajar agama, juga ada kreativitas yang membawa mereka menuju kemandirian yang menghilangkan sifat egois," ungkap Abuya Muchlisin.
Selama pertunjukan berlangsung, masyarakat tampak terkesima menyaksikan penampilan para santri yang memukau. Banyak pertunjukan yang ditampilkan, antara lain, teatrikal, puisi berantai, puisi kolosal, pidato, fashion show, tarian-tarian, tari saman, seni lukis, bela diri karate, pencak silat, drama sejarah, akrobat persada, dan beberapa penampilan lainnya.
"Pada kesempatan ini para santri juga membuat teatrikal sejarah perjalanan Darul Amin bagaimana gonjang-ganjing di dalamnya dan berbagai permasalahan hingga penyelesaian masalah," ujar Abuya.
Kegiatan ini dilaksanakan seusai shalat Isya hingga tengah malam. Hingga acara usai, para penonton tak beranjak dari tempat duduknya. Penonton tampak histeris ketika ada penampilan-penampilan yang menakjubkan dan tertawa lepas saat adegan lucu.
Dayah Perbatasan Darul Amin merupakan dayah terpadu yang memiliki luas lahan 10 hektare lebih. Dayah ini salah satu dayah binaan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah Aceh yang diharapkan menjadi benteng akidah umat Islam di wilayah perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara. Semoga menjadi kenyataan.