Pelayanan Publik

Seluruh Pedagang yang Hengkang akan Dikembalikan ke Pasar Babahrot Abdya

Dampak tidak ditertibkannya pedagang ikan basah yang membuka lapak di luar pasar itu, tandasnya, membuat satu persatu pedagang menutup kios dalam komp

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/ZAINUN YUSUF
SEJUMLAH anak bermain di depan kios yang tutup dalam Kompleks Pasar Babahrot di Gampong Pantee Rakyat, Kecamatan Babahrot, Abdya, Kamis (18/4/2019). 

Sebagian pedagang saat itu memilih pindah dari Pasar Babahrot untuk kemudian membuka usaha di lokasi lain.

Pantauan Serambinews.com saat itu, kondisi pasar tampak sepi. Puluhan intu kios permanen dalam kondisi tutup, sehingga dimanfaatkan anak-anak untuk bermain di teras kios.

Hanya ada sekitar dua atau tiga kios saja yang buka, itupun usaha pakaian jadi. Bangku permanen sebagai lapak jual ikan basah juga dalam keadaan kosong melompong.

Pasar Rakyat yang dibangun tahun 2016 itu, kondisinya cukup menyedihkan lantaran kurang terurus. Tak heran, area kompleks pasar penuh semak belukar dan fasilitas yang tersedia banyak yang tidak berfungsi lagi.

Salah seorang pedagang menjelaskan, terus berkurangnya jumlah pengunjung akibat kurang tegasnya pihak pengelola pasar, dan aparatur Gampong Pantee Rakyat, serta Muspika Babahrot. Padahal, beber dia, ketika awal beroperasi, pasar tersebut tampak semarak karena pengunjung datang dalam jumlah lumayan banyak.

“Pengunjung ramai saat itu setelah pedagang ikan (muegee eungkoet) dan pedagang yang membuka lapak di pasar lama, semuanya diarahkan memindahkan usaha mereka ke kompleks pasar rakyat. Makanya, pembeli semua datang ke pasar rakyat,” ujar pedagang yang tak mau membeberkan identitasnya itu.

Namun, lanjut dia, keramaian itu tak bertahan lama. Sebab, sekitar satu tahun kemudian, jumlah kunjungan pembeli menurun drastis.

Penyebabnya, kata pedagang tersebut,  para muegee ikan basah (mugee) seperti ‘dibiarkan’ berjualan di luar pasar atau di tepi jalan raya, seperti di Simpang Alue Mentri dan di pinggir jalan nasional sekitar pasar pasar buah sampai Jembatan Alue Beuringen.

Padahal, ketersediaan ikan basah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjungi pasar, sekaligus membelanjakan beragam kebutuhan rumah tangga.

Dampak tidak ditertibkannya pedagang ikan basah yang membuka lapak di luar pasar itu, tandasnya, membuat satu persatu pedagang menutup kios dalam kompleks pasar, kemudian pindah berjualan ke luar.

“Kios yang sebagian besar telah tutup itu kemudian difungsikan sebagai gudang,” tukas pedagang lain yang juga enggan disebut namanya.(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved