Breaking News

Kupi Beungoh

Hengkangnya PT Trans Continent dan Cet Langet Investasi Aceh Naik 370 Persen

Bagai disambar petir, obsesi Boss Trans Continent, Ismail Rasyid, dipatahkan oleh segelintir “oknum” elite Pemerintah Aceh.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
T. Murdani, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 

Penting untuk kita ingat semua, dana otsus didapat setelah konflik kurang lebih 32 tahun dengan korban nyawa dan harta masyarakat yang tidak bisa dihitung.

Pemberian dana otsus itu adalah untuk mengejar ketertinggalan pembangunan Aceh dari provinsi lain, bukan untuk memperkaya pejabat.

Kondisi angkat kakinya Trans Continent dari KIA Ladong jelas menimbulkan respon dari berbagai kalangan.

Karena di tengah gencarnya promosi investasi dan di tengah banyaknya MoU yang telah ditandatangani dengan para investor, malah putra Aceh sendiri meninggalkan Aceh.

Ini sangat memalukan dan bercitra buruk bagi Pemerintah Aceh.

Istilah CEO Trans Continent yang lagi viral adalah “Pemerintah Aceh gadoh jak keliling dunia jak let boh pu’uk, tapi ro breuh lam eumpang”.

Saya pikir istilah ini terucap tidak sesederhana dari yang kita bayangkan, tetapi terdapat masaalah yang sulit diurai di tataran elite Aceh saat ini.

Investor yang nyata-nyata telah hadir dan membawa uang puluhan miliar rupiah untuk memulai usaha malah ditelantarkan, ini pungo alias salah jep ubat namanya.

Anehnya, mulut pejabat Aceh berbusa-busa ketika berbicara tentang kemandirian pangan dan ekonomi di media massa.

“Kita harus memutus ketergantungan pada provinsi tetangga,” menjadi puisi pemanis lidah pejabat Aceh dari tahun ke tahun.

VIDEO - Aceh Pelajari Peluang Ekspor Pasir dan Kerikil ke Andaman India

PT. Trans Continent

Terlepas CEO nya salah seorang putra Aceh, masuknya Trans Continent ke KIA Ladong merupakan sebuah keputusan yang cukup berani.

Berani dalam artian sudah memikirkan secara matang kondisi Aceh setelah konflik bersenjata yang lebih dari tiga dekade.

Sebagai seorang pebisnis internasional tentu saja Ismail Rasyid sudah melakukan pengkajian dan pemetaan terhadap peluang, resiko, dan tantangan yang akan dihadapi.

Ada nilai utama yang perlu ditangkap, yaitu komitmen yang tinggi dari sosok Ismail Rasyid untuk mengabdi pada Aceh di saat investor lain masih ragu-ragu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved