Kupi Beungoh

Hengkangnya PT Trans Continent dan Cet Langet Investasi Aceh Naik 370 Persen

Bagai disambar petir, obsesi Boss Trans Continent, Ismail Rasyid, dipatahkan oleh segelintir “oknum” elite Pemerintah Aceh.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
T. Murdani, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 

Para elite Aceh seperti tersekat dalam blok-blok sendiri, saling menyalahkan dalam melihat masaalah bukan saling memberi solusi untuk kebaikan Aceh.

Isu People In dan People Out semakin hangat di media sosial, perseteruan yang tidak jelas arah dan maknanya membuat masyarakat yang tidak paham kondisi ril ikut-ikutan membuli bahkan mencaci maki.

Sebagai solusi alternatif untuk persoalan ini saya kira sudah saatnya Plt Gubernur Aceh mengakhiri politik balas budi, karena tujuan pembangunan adalah untuk membuat hidup semua orang lebih baik.

Bukan hanya orang-orang yang punya akses terhadap lingkaran kekuasaan semata.

Pembangunan adalah proses untuk memperluas kebebasan nyata kepada rakyat dengan memberikan peluang untuk bebas dari kemiskinan, tirani, peluang ekonomi yang buruk, perampasan hak sosial yang sistematis, dan intoleransi.

Semua rakyat Aceh mesti mendapatkan hak dan peluang yang sama dalam pembangunan Aceh, lebih-lebih dengan dana Otsus yang berasal dari darah dan nyawa rakyat Aceh.

Sudah saatnya semua pos-pos penting di dalam pemerintahan Aceh dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan investasi dan KIA Ladong, kalau ingin membangun Aceh yang lebih baik.

Atau mohon maaf saja kalau sudah tidak mampu demi kemaslahatan untuk semua.

Demi menorehkan nama dalam sejarah Aceh yang akan dibaca oleh anak cucu kita dikemudian hari, sudah waktunya “the right man ditempatkan in the right place”.

Akhirnya, keihlasan dan keseriusan dalam bekerja membangun Aceh sangat penting, agar Aceh dithei lei donya kembali.

Hilangkanlah kebiasaan mengedepankan fee dan tumpok dalam berkerja serta membuat laporan asal bapak senang, karena ketika rakyat diam bukan berarti tidak paham dan ketika rakyat tidak berbuat bukan berarti tidak berani.

Semoga Aceh ke depan semakin gemilang.

Canberra Australia, 19 Mei 2020

*) PENULIS, T. Murdani adalah mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved