Kupi Beungoh
“Being and Becoming Aceh”: Pengaruh Corak Kebudayaan Islam dalam Pembentukan Identitas Aceh
Tulisan ini akan mengulas mengenai bagaimana identitas Aceh yang dibangun dengan pengaruh kebudayaan Islam yang melekat erat
Identitas adalah nama yang kita berikan untuk berbagai cara yang kita diposisikan oleh, dan memposisikan diri di dalam, narasi masa lalu (hal. 225).
• Refleksi 3 Tahun Aceh Hebat, Teladanilah Abu Bakar dan Umar Bin Abdul Aziz, Bukan Pinokio
Aceh memiliki keunikan tersendiri dibanding daerah lain yakni melekat kuatnya identitas keislaman yang menjiwai seluruh aspek kehidupan. Islam merupakan identitas sudah melekat erat bagi masyarakat Aceh.
Bahkan kuatnya identitas Islam yang menjadi karakter masyarakat Aceh telah ada sejak zaman kolonialisme dan menjadi simbol pemersatu dalam melawan penjajahan.
Namun apabila ditinjau dari masa sebelum datangnya Islam ke Aceh, sebenarnya identitas Aceh jauh berbeda.
Lombard (1991) menyatakan bahwa jauh sebelum awal abad XVI, daerah yang sekarang dikenal sebagai bumi serambi Mekkah ini sangat jauh dari identitas keislamannya.
Di abad ke IX, ditemukannya beberapa catatan dan prasasti seperti prasasti Tamil di Thanjavur tahun 1030 beberapa teks Arab menunjukkan bahwa daerah Aceh disebut sebagai daerah Lamuri.
Lamuri sebuah tempat yang menjadi pusat kontak budaya dan perdagangan dengan berbagai komunitas dunia mulai dari Cina hingga pantai Coromandel di India.
Pada tahun 1323, Padre Odoric de Pordenone dengan marah menunjuk pada adat kebiasaan “biadab” (poligami dan kanibalisme) di negeri Lamuri tersebut.
Bahkan, di tahun 1365 Nagarakertagama menyebut Tamiang, Perlak, Samudra, Barus, Lamuri berada dibawah pengaruh Majapahit.
• Kunjungi Imigran Rohingya di Lhokseumawe, Tim Kemenko Polhukam RI Minta TNI-Polri Bantu UNHCR
Dari catatan sejarah ini, terlihat bahwa identitas Aceh dengan corak keislaman yang begitu kental merupakan sebuah proses “becoming” dari sebelumnya.
Terbukti, dengan berubahnya identitas Hindu dan Budha menjadi Identitas Islam sebagai akibat dari masuknya jalur perdagangan timur Tengah dan India ke Aceh dengan membawa ajaran Islam masuk ke Aceh sehingga mampu mengubah identitas seluruh masyarakat Aceh.
Identitas Islam yang menjadi corak kebudayaan masyarakat Aceh bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni sejak zaman pra-kemerdekaan (kerajaan) hingga pasca-kemerdekaan.
Oleh karena sifat identitas tidak tetap, maka terkadang identitas membutuhkan suatu upaya untuk dipertahankan oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat.
Upaya tersebut hadir dalam bentuk artikulasi sebagai cara mengekspresikan suatu identitas yang dilatarbelkangi oleh suatu kondisi dan kepentingan.
• Begini Kronologis Mantan Napi Asimilasi Covid-19 dan Rekannya Membobol Kedai di Lhokseumawe
Aceh juga memiliki kepentingan untuk mengartikulasi identitas mereka. Secara geografis, letak Aceh memiliki potensi alam yang cukup besar.