Kupi Beungoh
Refleksi 15 Tahun Perdamaian Aceh; Kunci Perdamaian Aceh, UUPA dan MoU Helsinki
Terkait perdamaian Aceh, perkenankan saya mengajak kita merenung sejenak apa yang terjadi di Aceh 15 tahun yang lalu
Oleh Mukhsin Rizal., S.Hum. M.Ag *)
Terkait perdamaian Aceh, perkenankan saya mengajak kita merenung sejenak apa yang terjadi di Aceh 15 tahun yang lalu.
Kurun waktu 15 tahun, membuat pikiran kita terasa memudar tentang kenangan pilu yang merenyuh hati.
Konflik, ya.. konflik, saat itu kita kehilangan kepercayaan antar sesama anak bangsa, curiga mencurigai, hidup identik dengan kekerasan, pemerasan dan bahkan kita tidak lagi percaya kepada jiran.
Lebih ironis lagi, ekonomi kita tidak jelas, pembangunan terhambat, pendidikan hilang format, pemuda ramai- ramai merantau meninggalkan Aceh.
Mereka memilih aman agar hidup tenang, tidak kena teror dan tidak kena sepak (troem dan bosoh pree).
• 15 Tahun Damai Aceh - Mari Syukuri Peristiwa Besar Ini
Hal yang lumrah, mereka menganggap Aceh sudah tidak punya kepastian menyambung hidup, mungkin negeri orang lebih subur untuk mengantungkan harapan.
Hidup di negeri orang, mesti kerja keras sebagai buruh kasar tetapi dapat tidur tenang, nyaman walau makan tidak menentu.
Itu terasa lebih baik ketimbang harus bertahan ditengah bisingan peluru. Ibarat falsafah orang tua dulu “lagee kameng meukurap dikap le Asee”.
Bilapun tidak punya pilihan lain, harus menyambung hidup di negeri sendiri saat itu, meski punya tanah, rumah dan dekat dengan keluarga tetapi saban hari kita khawatir dengan apa yang akan menimpa kita nanti malam atau esok hari.
Karena fakta yang disajikan tiap hari, terdengar letusan senjata, saban hari terdengar kabar penemuan mayat dengan bekas siksaan di seluruh tubuh.
Saban hari terdengar penculikan, saban hari terdengar pemukulan.
Konflik...konflik, kapan engkau berakhir. Itu yang terbersit di hati setiap penduduk Aceh saat itu. Tidak ada yang berpikir bahwa Aceh akan menjadi seperti saat sekarang ini.
• 15 Tahun Damai Aceh, BPN Aceh Siapkan Sertifikat untuk eks Kombatan GAM
Fakta bahwa Aceh berduka menjadi pontret tersendiri bagi saudara kita di daerah lain. Mereka menstigma Aceh sebagai orang-orang yang keras dan bahkan seluruh orang Aceh di klaim GAM saat itu.
Stigma ini berkembang, sehingga orang Aceh yang tinggal di luar Aceh dianggap sebagai GAM yang melarikan diri.