Berita Kutaraja
Cegah Covid, Pengamat Usulkan Pemerintah Aceh Harus Sediakan Mobil Swab PCR di Perbatasan Aceh-Sumut
Menurut dia, tidak perlu lagi menggunakan rapid test di perbatasan tapi perlu menyediakan swab PCR mobile di setiap perbatasan.
Penulis: Asnawi Luwi | Editor: Saifullah
Laporan Asnawi Luwi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pengamat Kebijakan Publik Aceh, Dr Nasrul Zaman ST MKes mengatakan, penjagaan pelintas di perbatasan Aceh-Sumut menjadi tanggung jawab Pemerintah Aceh.
Untuk itu, ia mengusulkan, di perbatasan Aceh-Sumut perlu adanya mobile test swab PCR atau polymerase chain reaction gunamendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus corona (Covid-19).
"Perbatasan itu harus menjadi tanggung jawab Pemerintah Aceh, bukan kabupaten/kota. Karenanya, setiap penjaga perbatasan tidak hanya mencatat pelintas yang akan masuk pada kabupaten/kota perbatasan seperti selama ini,” ujarnya kepada Serambinews.com, Kamis (20/8/2020).
“Harus dibuatkan sistem database pelintas batas yang terkoneksi dengan seluruh kab/kota di Aceh, sehingga setiap data yang diinput oleh penjaga perbatasan dapat ditindaklanjuti oleh seluruh kab/kota di Aceh, bukan hanya konsumsi kabupaten/ kota di perbatasan. Selama ini, masih manual dan menjadi catatan buku saja," tukas Dr Nasrul Zaman.
Menurut dia, tidak perlu lagi menggunakan rapid test di perbatasan tapi perlu menyediakan swab PCR mobile di setiap perbatasan.
• Harga Gabah di Abdya Merosot pada Penghujung Panen Raya, Begini Pasarannya Saat Ini
• Stiker BBM Bersubsidi, Kebijakan Pemerintah yang Sangat Rugikan Rakyat, Semestinya Contoh Malaysia
• Tiga Paramedis di Nagan Raya Jalani Isolasi, Puskesmas Padang Panjang Kembali Dibuka
Sehingga setiap pelintas harus diswab dulu kalau hendak masuk Aceh, kecuali bagi pelintas yang telah pernah diperiksa sebelumnya dalam durasi 14 hari terakhir.
Pemerintah Aceh, tandas dia, harus ikut terlibat dalan penjagaan perbatasan untuk mendorong kedisiplinan penjagaan dan mencukupkan staf sesuai dengan jumlah pelintas yang ada.
“Misalnya, untuk perbatasan di Aceh Tamiang, jumlahnya harus lebih banyak dan aktif siang maupun malam hari guna mencegah penyebaran virus corona,” pungkasnya.(*)