Kupi Beungoh
Sumpah Hipokrates, Gladiator, dan Kepergian Sunyi Dr. Imai
Itu adalah pesan rekan baik saya, seorang dokter yang setiap pulang sore dari rumah sakit melayani pasien, menyebut dirinya keluar dari colloseum.
Ada perbedaan yang sangat hakiki antara gladiator dan para tenaga medis.
Gladiator adalah keterpaksaan dari sebuah kesewang-wenangan.
Gladiator adalah hiburan yang dibuat oleh raja-raja Roma untuk menghibur sekaligus “melalaikan” rakyatnya agar patuh dan tidak terlalu banyak bertanya, apalagi mengkritisi mereka.
Gladiator juga seringkali menjadi instrument “prestise” raja dan kaum bangsawan untuk menyatakan posisi sosial mereka kepada publik.
• Masker Harus Jadi Bagian Fashion, Bupati Mawardi Ali Ajak Warga Patuhi Protokol Kesehatan
Dr. Imai dan Tugas Suci Kemanusiaan
Berbeda dengan gladiator, para tenaga medis adalah sekelompok manusia yang semenjak memasuki jenjang pendidikan telah bertekad dan kemudian bersumpah untuk sebuah tugas suci kemanusiaan, menyelamatkan manusia, titik.
Itulah yang dilakoni dr, Imai dan teman-temanya.
Ia bersekolah, bekerja dan melakukan tugas suci itu, dan “mewaqafkan” jiwa raganya untuk menyelamatkan manusia.
Kejadian Covid-19 ini sekalipun tidak sangat mematikan, tetapi menyebar dengan sangat cepat dan menjalar keseluruh dunia hanya dalam hitungan hari, minggu, dan bulan.
Virus ini telah meluluhlantakkan apapun yang berkaitan dengan kata global; kesehatan, kematian, pangan, ekonomi, keuangan,, kemiskinan dan bahkan kekerasan rumah tangga.
Inilah musuh besar manusia saat ini, dan musuh inilah yang telah, sedang, dan akan diperangi oleh pekerja medis di seluruh dunia.
Mereka tidak akan berhenti sampai musuh ini dihentikan, dan yang paling tragis dalam proses “mengalahkan” ini, ada sejumlah pekerja medis yang “kalah” atau “dikalahkan” oleh virus berbahaya ini.
Adalah sebuah sumpah klasik yang telah berumur sekitar 2500 tahun yang disebut dengan “Sumpah Hipokrates” yang dilafalkan ketika mereka ditabalkan profesinya sebagai dokter.
Sumpah itu pula yang mengikat dan memerintahkan para dokter dalam bertugas dengan butir inti “menghibahkan” hidupnya untuk keselamatan kehidupan manusia dan memastikan berlanjutnya kemanusiaan.
Itulah yang kini mereka tengah alami.