Berita Aceh Tamiang
Kadar Air Jadi Penyebab Anjoknya Harga Gabah di Atam, Begini Solusi Versi Praktisi Kilang Padi
Harga gabah yang biasanya berkisar di atas Rp 5 ribu per kilogram, terus anjlok hingga berada di level terendah, yakni Rp 4.300 per kilogram.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Harga jual gabah di Kabupaten Aceh Tamiang (Atam), dalam sepekan terakhir, mengalami penurunan drastis.
Harga gabah yang biasanya berkisar di atas Rp 5 ribu per kilogram, terus anjlok hingga berada di level terendah, yakni Rp 4.300 per kilogram.
Rendahnya harga gabah ini ternyata tidak sepenuhnya disebabkan kendali pasar yang dilakukan para agen di Medan, Sumatera Utara (Sumut).
Faktor lain yang membuat harga jual gabah jatuh itu rupanya juga dipengaruhi tingginya kadar air yang terkandung dalam gabah tersebut.
Hal ini setidaknya dipaparkan oleh praktisi atau pengusaha kilang padi di Kabupaten Aceh Tamiang, Fahruzzaman.
• Ini Total Warga yang Terjaring dalam Operasi Yustisi Penegakan Disiplin Prokes Covid di Lhokseumawe
• Pasien Positif Covid-19 Bisa Tularkan Virus Selama 90 Hari Setelah Sembuh, Kata Peneliti
• Sikapi Penusukan Syekh Ali Jaber, Komite III DPD RI Desak Pembahasan RUU Perlindungan Tokoh Agama
“Faktor alam turut memengaruhi. Karena saat ini musim hujan menyebabkan kadar air gabah tinggi,” kata Faruzzaman, CEO Kilang Padi Budi Rahayu kepda Serambinews.com, Rabu (16/9/2020).
Faruz menjelaskan, kadar air ini memengaruhi proses pengeringan gabah, antara enam hingga sepuluh jam.
Rata-rata gabah yang diterima Kilang Padi Budi Rahayu memiliki kadar air sebesar 30 persen, yang membutuhkan proses pengeringan delapan jam.
“Semakin basah gabah maka proses pengeringannya semakin lama. Ini yang membuat harga gabah turun,” ungkap CEO Kilang Padi Budi Rahayu ini.
Untuk itu, lanjut dia, solusianya adalah petani sebelum menjual gabah, sebaiknya dijemur dulu sehingga kadar air turun. Otomatis harga jual juga bisa lebih tinggi.
• VIRAL Pendaki Gunung Lawu Petik Edelweis, Hati-hati Ini Ancaman Pidananya: Bisa Denda Rp 100 Juta
• MA Menangkan Mantan Wali Kota Sabang
• Polda Tahan Manager Aset PT KAI Aceh Timur, Sita Rp 1,8 Miliar Dalam Rekening
Meski begitu, Faruz tidak menampik kalau ketergantungan terhadap pasar Medan memang cukup tinggi.
Bahkan, sebagian besar beras yang diproses di Kilang PaDI Budi Rahayu juga dijual ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara itu.
“Memang kita masih berpatokan dengan Medan. Ini juga membuat kita tidak berdaya untuk menentukan harga,” sambungnya.
Kilang Padi Budi Rahayu sendiri, sebut Faruzzaman, dalam sehari menerima atau menampung gabah dari petani dan pengepul, berkisar antara 150 hingga 200 ton.