Internasional

AS Larang Impor Minyak Sawit dari Malaysia, FGV Holdings Terkena Dampak

AS melarang impor minyak sawit dari perusahaan raksasa Malaysia FGV Holdings setelah penyelidikan ada praktik kerja paksa di kebun dan pabriknya.

Editor: M Nur Pakar
SERAMBINES.COM/ SARI MULIYASNO
Tim Pansus DPRK Simeulue bersama tim Pemda Simeulue saat turun lapangan di lokasi kebun sawit di kawasan Teluk Dalam, Senin (13/7/2020). 

Dia mengetahui tentang rencana itu beberapa hari yang lalu dari Duta Besar AS untuk Malaysia, Kamala Shirin Lakhdhir.

Namun, dia tidak mengira larangan itu akan diterapkan secepat itu.

Sempat Naik Jadi Rp 1.550/Kg, Kini Harga TBS Sawit di Aceh Selatan Turun Jadi Rp 1.470 Per Kilogram

“Seperti yang disampaikan Dubes, masalah ini terutama di Sabah dan Sarawak (dua negara bagian di pulau Kalimantan), khususnya di sektor perkebunan," jelasnya.

"Tindakan akan diambil, "kata Saravanan,

Dia menambahkan larangan itu bukan pertanda baik bagi negara yang sangat bergantung pada ekspor.

Ia mengatakan Kementerian Sumber Daya Manusia akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri yang memiliki banyak yurisdiksi atas tenaga kerja asing.

Waktu pelarangan sangat disayangkan bagi ekonomi Malaysia, yang telah terpengaruh oleh wabah virus Corona (COVID-19).

Ekspor minyak sawit dari Malaysia yang merupakan lebih dari sepertiga ekspor komoditas dunia adalah salah satu sumber pendapatan utama negara.

“FGV perlu meningkatkan upaya untuk meningkatkan ekspor ke negara lain sambil mengatasi kekhawatiran pemerintah AS tentang masalah kerja paksa,” kata Prof Yeah Kim Leng, Direktur Studi Ekonomi di Universitas Sunway Malaysia, kepada Arab News, Kamis (1/10.2020).

Dia mengatakan perusahaan minyak sawit lain juga perlu memperhatikan penyebab pelarangan dan mengatasi kekhawatiran tersebut jika ingin menghindari hukuman besar AS.

Lagi, Kebakaran di Aceh Singkil, Kantin Pabrik Kelapa Sawit Ludes Dilahap si Jago Merah

Aktivis hak asasi Malaysia menunjukkan telah menyoroti masalah kerja paksa dalam rantai pasokan minyak sawit selama bertahun-tahun.

Dalam sebuah pernyataan, Glorene Das, direktur kelompok hak-hak migran Malaysia Tenaganita, mengatakan:

“Kami menuntut semua produsen minyak sawit, termasuk FGV Holdings, untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan hak asasi dan ketenagakerjaan di perkebunan dihormati dan ditegakkan setiap saat. .

“Malaysia, sebagai salah satu produsen utama minyak sawit di dunia, harus menjadi contoh praktik ketenagakerjaan yang adil daripada dikenal sebagai praktik eksploitatif.”(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved