Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H

Ada Tradisi Toet Leumang, Begini Kemeriahan Warga Tangse Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

Menu yang disajikan pun cukup beragam. Namun yang menjadi ciri khas di Aceh, khususnya bagi masyarakat Pidie ini adalah sajian lemang.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover Taufik Ar-Rifai
Kolase foto kegiatan toet leumang dan pemuda Tangse yang membawa hidangan maulid ke meunasah. 

Pada ritual-ritual keagamaan, Bumi Serambi Mekkah ini memiliki tradisi unik dalam menyambut kelabiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam perayaan maulid, momen ini menjadi sakral bagi masyarakat Aceh yang dalam kehidupannya sehari-hari melekat dengan nilai adat dan budaya.

Maka tak heran apabila memasuki bulan Rabiul Awal, perayaan maulid Nabi terlihat sangat meriah.

Di Aceh, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dikenal dengan istilah "maulod".

Dalam pelaksaan itu, warga menggelar kenduri besar dengan mengundang anak yatim dan kerabatnya.

Salah satu perayaan maulid Nabi terlihat jelas dari warga Gampong Pulo Mesjid Kecamatan Tangse, Pidie.

Umumnya, perayaan maulid tidak hanya digelar pada hari sebagaimana ditetapkan dalam kalender saja.

Namun juga tetap digelar selama 4 bulan berturut-turut.

Dapat dikatakan bahwa, perayaan maulid di Aceh merupakan perayaan kenduri dengan waktu terlama.

Baca juga: Kisah Gampong Aree dan Para Perantau yang Jadi Andalan Pembangunan, dari Malaysia Hingga Australia

Anak-anak muda Tangse membawa hidangan kenduri maulid ke meunasah untuk dihidangkan kepada warga dan undangan.
Anak-anak muda Tangse membawa hidangan kenduri maulid ke meunasah untuk dihidangkan kepada warga dan undangan. (SERAMBINEWS.COM/Handover Taufik Ar-Rifai)

Berdasarkan penanggalan dalam kalender Islam, tradisi perayaan maulid dimulai dari Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal.

Pada bulan Rabiul Awal, perayaan maulid disebut dengan Meulod Awai, kemudian Rabiul Akhir disebut Meulod Teungoh, dan Jumadil Awal disebut Maulod Akhe.

Perlu diketahui, tradisi perayaan maulid di Aceh dengan kenduri besar.

Bagi masyarakat yang mampu melakukan kenduri, maka akan berkenduri dan membagikan makanan kepada masyarakat lain yang berkumpul di meunasah-meunasah.

"Bagi masyarakat Aceh, jika tidak melakukan kenduri maulid merasa ada sesuatu yang kurang. Sehingga tidak mengherankan apabila pada bulan maulid masyarakat berbondong-bondong membawa makanan yang telah dimasak ke Meunasah," kata Wakil Bupati Pidie, Fadhlullah TM Daud pada Kamis (29/10).

Saat membawa makanan, ada tempat khusus yang disebut "dalong", yaitu wadah khusus berbentuk selinder. Ukurannya pun beragam, rata-rata berkisar 30 hingga 50 cm.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved