Corona Serang Indonesia
Berisiko Tinggi, Perawat Mulai Stres Tangani Covid-19, Sebanyak 2.890 Orang dari Mereka Terinfeksi
Dedy melanjutkan, jika perawat jenuh dan kelelahan maka masyarakatlah yang akan dikorbankan, lantaran tidak mendapatkan pelayanan kesehatan prima.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPW PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Lampung Dedy Afrizal menuturkan, kondisi perawat hampir di semua wilayah yang menangani Covid-19 mengalami kelelahan.
Pihaknya meminta pemerintah serius memberikan batasan ketat pada jam kerja perawat.
"Karena sudah cukup panjang pandemi Covid-19, sudah mulai titik kejenuhan kelelahan dirasakan oleh rekan-rekan perawat," kata dia dalam diskusi virtual Jumat (30/10/2020).
Pihaknya menilai, pemerintah memang telah memodifikasi jam kerja perawat, di mana semula 8 jam per shift menjadi 4 jam. Namun aturan itu tidak berlaku sampai di daerah-daerah. Sehingga perlu perhatian khusus pemerintah agar lebih gencar mengetatkan jam kerja perawat.
"Apakah hal ini juga sudah dilakukan di semua tatanan pelayanan kesehatan publik, ini juga perlu kita dilakukan evaluasi dan juga koordinasi di daerah karena durasi yang terlalu panjang dalam pelayanan keperawatan Covid-19 ini akan menimbulkan suatu tingkat stress yang tinggi," terang dia.
Tingkat stres dipicu oleh risiko tinggi pekerjaan perawat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.
Dedy melanjutkan, jika perawat jenuh dan kelelahan maka masyarakatlah yang akan dikorbankan, lantaran tidak mendapatkan pelayanan kesehatan prima.
Baca juga: Kota Juang dan Peusangan Tertinggi Warganya Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Bireuen
Baca juga: MUI Serukan Boikot Produk Prancis Sampai Presiden Macron Minta Maaf
Baca juga: Khabib Nurmagomedov Berpeluang Kembali dari Masa Pensiunnya, Ini Lawan yang Bakal Dihadapi
"Bayangkan saja jika 8 jam sebagaimana jadwal tugas dalam satu shift harus menggunakan pakaian hazmat, tidak bisa membayangkan. Harus disosialisasikan (4jam kerja) sampai ke bawah sehingga hal-hal yang beresiko terhadap tingkat stres pada rekan-rekan perawat juga dapat kita minimalisir termasuk dampak di masyarakat juga," terang dia.
Meski demikian, dirinya berharap agar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia tetap profesional menjalankan tugas kemanusiaan ini. "Tetap semangat. Kita sudah memilih profesi perawat sebagai jalan hidup kita dan pilihan itu pun merupakan pilihan yang maha kuasa dan bagaimana kita bisa menjaga marwah semua tugas ini dengan keikhlasan dan penuh profesionalisme," ujar Dedy.
Selain itu, PPNI meminta agar masyarakat dapat membantu meringankan tugas perawat dengan displin menerapkan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta Menjaga jarak). Sari misalnya perawat 28 tahun di rumah sakit di sebuah Kabupaten di Kalimantan Selatan.
Dirinya mengungkapkan, sampai hari ini jam kerja di rumah sakitnya masih memperlakukan 8 jam per satu kali shift. Menurutnya, hal itu dilakukan lantaran kurangnya tim kesehatan untuk penanganan Covid-19.
Baca juga: Ini Permintaan Shin Tae-yong yang Sulit Dikabulkan oleh PSSI
Baca juga: Peti dan Kain Putih Penyimpan 21.165 Ribu Nama Korban Tsunami di Aceh Barat Butuh Perawatan
Baca juga: Dokter dan Politisi Korsel Minta Program Vaksin Flu Disetop, Warga Cemas Setelah 32 Orang Tewas
"Di tempat kami masih 8 jam kerjanya, perawat di ruang biasa maupun di ruang Covid-19," tuturnya saat dihubungi Tribun.
Ia pun merasakan stres karena khawatir setiap pulang berdinas di kediamannya ada kelompok rentan Covid-19.
"Stress karena di rumah ada bayi dan lansia, kan imunitas mereka termasuk rentan. Pasien Covid-19 sejak bulan Mei enggak pernah kosong, malah lebih banyak dari pasien di ruangan biasa," ungkap Sari.
Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengatakan sudah ada 2890 perawat di seluruh Indonesia yang terinfeksi covid 19. Di antaranya ada 104 orang meninggal dunia.
"Sampai hari ini perawat yang terinfeksi saja 2.890an, di mana 104 meninggal dunia. Semua itu yang by name, by address yang masuk ke sistem," ujar Harif.