BPMA, Medco, dan Peran Industri Hulu Migas untuk Kemajuan Daerah

hingga Oktober 2019 lalu, Aceh Timur, merupakan daerah penyumbang terbesar penerimaan dana bagi hasil migas sumber penerimaan gas.

Penulis: Seni Hendri | Editor: Zaenal
FOTO/MEDCO E&P MALAKA
Asisten ll Setdakab Aceh Timur, Usman A Rahman (tengah) didampingi General Manager Medco E&P Malaka, Susanto, Maneger Field Relations Rivian Pragitta Oktara, meresmikan rumah pemberdayaan masyarakat di Gampong Blang Nisam, Indra Makmu, Aceh Timur, Kamis (21/11/2019). 

SERAMBINEWS.COM, IDI – Kehadiran PT Medco E&P Malaka di Aceh Timur, membawa dampak positif ganda (multiplier effect) kepada banyak pihak.

Tidak hanya berkontribusi langsung kepada pembangunan dan peningkatan ekonomi masyarakat, kesuksesan PT Medco memproduksi gas dari lapangan migas Blok A, di Indra Makmur, Aceh Timur, sejak Maret 2018, menjadi bukti nyata bahwa Aceh, khususnya Aceh Timur, adalah daerah yang aman dan menguntungkan untuk berinvestasi.

Di sisi lain, kesuksesan PT Medco menghasilkan investasi di Aceh Timur tidak terlepas dari peran dan bantuan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), serta jaminan keamanan dari Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.

Untuk diketahui, selain PT Medco, saat ini ada beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang telah memproduksi migas di Aceh, yaitu Triangle Pase, PT Pertamina EP-Kawai Energi, Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina E&P, dan PT Pertamina Hulu Energi North Sumatera Offshore (PHE NSO).

Guna mendukung argument dari pemaparan di atas, berikut ini penulis paparkan beberapa data dan fakta dari kinerja BPMA, Medco, Pemerintah Aceh, dan Pemkab Aceh Timur, dalam memaksimalkan peran industri hulu migas untuk kemajuan daerah.

Baca juga: Siap Pasarkan Produk Lebih Luas, Kelompok Binaan PT Medco Peroleh Izin PIRT dari Pemkab Aceh Timur

Baca juga: Bappeda Aceh Harap Program Pemberdayaan Masyarakat PT Medco Dapat Berlanjut

Penerimaan Dana Migas

Mengutip pernyataan Asisten II Setda Aceh, H T Ahmad Dadek, yang tayang di Serambinews.com, Kamis (31/10/2019), pada tahun 2019, Aceh menerima dana bagi hasil migas naik 600 persen atau Rp 517 miliar dari tahun 2018 Rp 86 miliar.

Dadek mengatakan, pasca tsunami 2008 dan 2009 Aceh menerima menerima dana bagi hasil migas sebesar Rp 1,3 triliun, tapi tahun 2010 turun menjadi Rp 534 miliar, dan titik terendah turun 2018 sebesar Rp 89 miliar. Namun, tahun 2019 naik 600 persen atau Rp 517 miliar.

Aceh Timur Penyumbang Terbesar

Masih dikuti dari Serambinews.com, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESD) Ir Mahdinur melalui Kabid Migas Darma saat itu mengatakan, hingga Oktober 2019 lalu, Aceh Timur, merupakan daerah penyumbang terbesar penerimaan dana bagi hasil migas sumber penerimaan gas yaitu 65,58 persen dari total produksi hingga Oktober 2019 11,2 juta MMBTU (Million Metric British Thermal Unit).

Sedangkan penyumbang sumber penerimaan minyak bumi terbesar dari Aceh Tamiang yaitu 46,91 persen dari produksi hingga Oktober 2019 sebesar 1,034 juta barel.

Posisi kedua kembali ditempati Aceh Timur dengan jumlah produksi sebanyak 29,78 persen, dan posisi ketiga adalah Aceh Utara sebesar 19,81 persen.

Baca juga: Dana Migas Aceh Naik 600 Persen

Dasar Sumber Penerimaan

Ada tiga dasar hukum sumber Aceh menerima dana bagi hasil migas.

Pertama, pembagian berdasarkan UU Perimbangan Keuangan Daerah, yaitu sumber penerimaan dari minyak yaitu Aceh dapat bagian 15 persen, sumber penerimaan gas Aceh dapat 30 persen.

Kedua, berdasarkan UUPA Nomor 11 tahun 2006, dari minyak Aceh dapat bagian 55 persen, dan dari gas 40 persen.

Ketiga, berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2015, dari kegiatan ekploitasi migas lepas pantai di atas 12 mil, berdasarkan PP ini sumber penerimaan baik dari minyak dan gas Aceh masing-masing mendapat bagian 30 persen.

Asisten II Setda Aceh, H T Ahmad Dadek, mengatakan, tahun 2019, Aceh telah menerima dana bagi hasil migas dari ketiga sumber penerimaan tersebut termasuk dari hasil eksploitasi migas lepas pantai Aceh Utara di atas 12 mil, yang diproduksi oleh PT Pertamina Hulu Energi North Sumatera Offshore (PHE NSO) hingga Oktober 2019 dengan produksi 3,8 juta MMBTU.

Penerimaan Negara Semester I 2020

Kepala Divisi Formalitas dan Hubungan Ekternal BPMA, Adi Yusfan, saat jadi pemateri dalam webinar bersama wartawan Aceh Timur, 27 Oktober 2020 lalu yang bertema “Peran Industri Hulu Migas dalam Pembanguan Ekonomi Daerah” mengatakan, capaian penerimaan Negara per semester I tahun 2020 yaitu 13,7 juta USD atau 34,48 persen dari target penerimaan Negara tahun 2020.

Adapun produksi migas dari seluruh wilayah kerja kontraktor di Aceh, hingga semester 1 tahun 2020 capaian produksi migas yaitu 15,860,50 BOEPD (Barel Oil Equivalent Per Day).

Capaian produksi migas siap jual (lifting) yaitu 6,969,69 BOEPD atau 49,86 persen dari target lifting.

Sedangkan, komitmen penggunaan produk dalam negeri atau tingkat komponen dalam negeri (TKDN) tercapai 70 persen dari target.

Yusfan mengatakan, migas yang diproduksi para kontraktor migas dari wilayah kerja Aceh ini untuk monetisasti kebutuhan migas bagi industry domestic seperti PT Pertamina Persero, PT Perusahaan Gas Negara, memenuhi jaringan gas rumah tangga di Lhokseumawe, Lhok Sukon, Kota Medan, untuk monetisasi PT Pupuk Iskandar Muda, dan industry domestic lainnya baik di Aceh maupun Medan.

Fungsi BPMA

Kepala Divisi Formalitas dan Hubungan Ekternal BPMA, Adi Yusfan, mengatakan, berdasarkan Pasal 13 PP Nomor 23 tahun 2015 tentang Pengelolaan Bersama SDA dan Gas Bumi Aceh, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) bertugas melakukan pengawasan, pengendalian, dan pengawasan terhadap kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu migas.

Tujuannya agar pengembalian sumber daya alam minyak dan gas bumi milik Negara yang berada di darat dan laut di wilayah kewenangan Aceh dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk sebesar-besarnya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Adi Yuspan mengatakan, BPMA berkomitmen pengelolaan minyak dan gas Aceh untuk kesejahteraan rakyat Aceh, dan menjaga target lifting migas nasional di tengah pandemic Covid-19.

Baca juga: Elite Aceh Minta SKK Migas Alihkan Kewenangan Pengawasan Blok Migas Rantau ke BPMA

Pertumbuhan Ekonomi Aceh Timur Naik

Asisten Bidang Administrasi Setdakab Aceh Timur, T Reza Rizki, saat jadi pemateri dalam webinar mengatakan, keberadaan sektor hulu migas (PT Medco E&P Malaka) di Aceh Timur, memberikan dampak langsung, dan tidak langsung serta dampak berganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah.

Kontribusi sektor hulu migas dalam menumbuhkan perekonomian daerah bisa dilihat dari pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2019 tumbuh 4,41 persen dibandingkan tahun sebelumnya tanpa migas.

Kontribusi Medco terhadap Aceh Timur, selaku daerah lokasi wilayah kerja Medco yaitu membuka lapangan pekerjaan, pengembangan ekonomi masyarakat, membangun SDM lebih baik melalui edukasi, dan pembangunan insfrastruktur.

Baca juga: Aceh Timur Perkuat Keserasian Sosial, Cegah Konflik di Tengah-tengah Masyarakat

Kontribusi Medco untuk Aceh Timur

PT Medco selaku KKKS telah merealisasikan tanggungjawab sosial (CSR) berupa program pengembangan masyarakat di berbagai bidang.

Antara lain, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, fasilitas umum, insfrastruktur, lingkungan, dan lainnya.

Di bidang kesehatan, PT Medco merevitalisasi RSUD dr Zubir Mahmud, Aceh Timur, yang mulai beroperasi di tahun 2015, di areal seluas 10 hektare, dengan kapasitas 109 tempat tidur, 4 ruang operasi, unit gawat darurat, poliklinik, dan gedung penunjang.

Di bidang pendidikan, PT Medco menyalurkan beasiswa kepada 14 siswa Aceh Timur ke Ponpes Darul Fallah Bogor, pelatihan pengelasan kepada pemuda di sekitar wilayah operasi, pelatihan padi SRI organic dan peternakan domba bagi petani.

Selain dua bidang utama itu, PT Medco juga melakukan berbagai program pemberdayaan ekonomi, kegiatan pengabdian masyarakat, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Di antaranya, mengembangkan budidaya lebah madu trigona, pelatihan kompetisi guru, seminar pendidikan untuk guru SMP, pemeriksaan dan kesehatan gratis, rekrutmen sarjana lulusan universitas di Aceh, rekrutmen dan pelatihan 40 putra/putri terbaik Aceh sebagai operator di Blok A Medco, serta turut berpartisipasi dalam penanggulangan bencana alam di berbagai daerah di Aceh.

Kemudian, membanguan rumah pemberdayaan ibu dan anak, memperbaiki jalan dan jembatan, membangun tempat parkir masjid, sumur bor, dan mendukung kegiatan keolahragaan, dan program positif lainnya.

Apresiasi Rocky

Kontribusi besar Medco selaku kontraktor penyumbang pendapatan Negara terbesar di Aceh, dan investor yang telah berkontribusi besar untuk kemajuan Aceh Timur, diapresiasi oleh Bupati Aceh Timur, H Hasballah Bin HM Thaib SH.

Bahkan ia, mengatakan bahwa investasi Medco di Aceh Timur, yang melewati berbagai tantangan hingga sukses produksi migas saat ini membuktikan bahwa Aceh Timur, daerah yang aman untuk berinvestasi.

Karena itu, Bupati mengajak para investor lainnya untuk berinvetasi di Aceh Timur, untuk mengembangkan segala potensi sumber daya alam yang ada.

Siapapun investor yang berinvetasi di Aceh Timur, diharapkan bupati memberikan kontribusi positif untuk kemajuan daerah, dan kesejahteraan masyarakat, seperti yang dilakukan Medco.

“Terimakasih PT Medco atas kontribusinya untuk kemajuan Aceh Timur, yang lebih baik selama ini,” ungkap Rocky panggilan akrab Bupati Hasballah, saat membuka Webinar tentang “Peran Industri Hulu Migas dalam Upaya Memajukan Pembangunan Ekonomi”.

Baca juga: Medco Rehab Rumah Warga Tak Layak Huni

Sejarah Medco di Aceh Timur

PT Medco E&P Malaka adalah kontraktor migas yang sukses memproduksi gas perdana sejak Maret 2018 dari lapangan migas Blok A, di Indra Makmur, Aceh Timur.

Gas yang diproduksi untuk kebutuhan industry domestic di Aceh, maupun Sumatera Utara, dan untuk suplai jaringan gas rumah tangga di Aceh, dan Sumut.

Kegiatan ekplorasi di Blok A sudah dilakukan sejak zaman Belanda dan masa kemerdekaan.

Awalnya, pada masa awal kemerdekaan, Blok A ini dikuasai oleh Pertamina dan Asamera Oil Ltd.

Kemudian, pada tahun 1999-2006 Blok A dikelola oleh Exxon Mobil dan Conoco Phillips, dan tahun 2006 Medco bersama Premier & Japex mengakuisisi saham Conoco Phillips di blok A.

Kemudian tahun 2011 Medco mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2031, dengan komposisi kepemilikan Blok A saat ini, 85 % milik PT Medco E&P Malaka, dan 15 % dimiliki oleh PT Medco Daya Energi Nusantara.

Blok A melakukan pengembangan migas dari tiga sumur yaitu sumur Alue Siwah, Alue Rambong, dan Julok Rayeuk, yang memilki cadangan gas lebih dari 450 bilion cubic feet (BCF).

Gas dari ketiga sumur itu dialirkan ke lapangan migas di Central Processing Plant (CPP) Alur Siwah, setelah disterilkan kemudian dari CPP dialirkan melalui pipa dan dijual kepada PT Perusahaan Gas Negara, yang selanjutkan PT Pertagas menyuplai untuk kebutuhan industry domestic dalam negeri.

Baca juga: Medco Produksi Gas di Blok A

Fasilitas di Blok A

Blok A memiliki fasilitas Central Processing Plant (CPP) dengan kapasitas 90 juta standar kaki kubik per hari atau Million Standar Cibuc Feet per Day (MMSCFD).

Instalasi pipa dari tiga sumur ke CPP sepanjang 42 km, hingga ke Metering Station milik PT Pertagas.

Gas dijual kepada PT Pertagas dengan harga sebesar USD 6,61 per Miliar British Thermal Unit per hari (MMBTU).

Sedangkan volume gas yang dipasok sebesar 54 miliar British Thermal Unit Per Day (BBTUD).

Kemudian, PT Pertagas menjual gas ini untuk kebutuhan industry domestic di Aceh dan Sumut.

Kemudian Blok A juga memiliki fasilitas penanganan sulfur dan kondensat di PAG Arun, selain itu, Blok A terdapat 16 sumur gas, dan 2 sumur injeksi air dalam 3 fase drilling.(Seni Hendri)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved