Berita Kutaraja
Banyak Perpustakaan belum Miliki Pustakawan & Digitalisasi, Terungkap dalam Bincang Serambi Podcast
Saat ini masih banyak perpustakaan di Aceh yang belum melibatkan pustakawan dalam pengelolaannya.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Saifullah
Muhammad Nasir | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Saat ini masih banyak perpustakaan di Aceh yang belum melibatkan pustakawan dalam pengelolaannya. Padahal keberadaan pustaka dianggap sangat penting untuk menunjang pendidikan dan kemajuan negeri.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Aceh, Nazaruddin Musa M.Lis dalam bincang-bincang Serambi Podcast, Minggu (14/2/2021).
Dalam podcast yang mengangkat tema ‘Menata dan Membangun Daya Tarik Pustaka di Aceh’ itu, Nazaruddin menyampaikan, masih sangat banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus dilakukan dalam mengembangkan perpustakaan.
Salah satunya, masih banyak pustaka di Aceh yang selama ini belum dikelola oleh pustakawan. Karena, diakuinya, pada tahun-tahun sebelumnya, Aceh memang masih sangat minim lulusan ilmu pustaka.
Sehingga, di pustaka sekolah banyak dikelola oleh guru yang sebagian tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan.
Baca juga: Sahabat Ungkap Maradona Miliki Uang Rp 1,4 Triliun, Sebut Sang Legenda Hidup ‘tak Layak’ di Masa Tua
Baca juga: Salju Membekukan Rusia, Disebut Sebagai Selimut Kiamat
Baca juga: Dua Penumpang Kereta Bawah Tanah New York Tewas Ditusuk
Dari ratusan pustaka yang ada di Aceh, jumlah perpustakaan yang belum melibatkan pustakawan dalam pengelolaan, persentasenya masih di atas 50 persen.
Namun saat ini, Aceh sudah memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) dalam bidang perpustakaan.
UIN Ar-Raniry saja hingga saat ini sudah meluluskan sekitar 800-pustakawan, yang kini tersebar di seluruh Aceh. Sehingga sudah saatnya melibatkan pustakawan dalam dunia literasi ini.
Kata Dosen UIN Ar Raniry tersebut, untuk membuat sistem dan pengelolaan yang memenuhi standar, maka sudah seharusnya perpustakaan memiliki tenaga pustakawan yang profesional.
Kata Nazar, supaya hal itu mengikat, maka pemerintah harus membuat regulasi terkait penempatan pustakawan di perpustakaan.
Baca juga: Bikin Syok! Pria Ini Dianiaya dan Dipanah Hanya Gara-gara Saling Pandang di Jalan, Pelaku Diburu
Baca juga: Aktivis Iklim India Ditangkap, Dituduh Mendukung Aksi Kekerasan Petani
Baca juga: Remaja Putus Sekolah Tiba-tiba Bacok 3 Saudara Perempuannya di Kandang Ayam, Motif Masih Teka teki
“Sistem belajar yang belum berbasis belajar di perpustakaan menjadi aspek utama yang menyebabkan perpustakaan belum dipedulikan,” urainya.
“Orang memang harus ada kewajiban untuk ke pustaka guna mendapatkan informasi yang bagus. Selama ini pustaka hanya jadi tempat simpan buku saja, belum ada kegiatan interaktif antara pustawan sekolah dengan guru,” ujar Nazaruddin.
Selain itu, lanjut Nazar, masih banyak perpustakaan di Aceh harus ditata kembali, sehingga sistem pengelolaan mengikuti standar yang sudah ada.
Kemudian, guna mengikuti perkembangan zaman, maka pustaka juga harus melakukan digitalisasi hingga memenuhi keberagaman koleksi buku.
Baca juga: Provinsi Hibahkan Tanah Stadion Lampineung dan Pendopo Walikota ke Pemko Banda Aceh
Baca juga: Harga Kebutuhan Pokok Relatif Stabil, Harga Kacang Kedelai Terus Naik
Baca juga: Pembebasan Trump dari Pemakzulan Dapat Sorotan Tajam dari Joe Biden, Demokrasi AS Rapuh
“ Perpustakaan ini menjadi indakator kemajuan sebuah bangsa. Kalau mau melihat kemajuan sebuah negara maka lihatlah kemajuan perguruan tingginya. Apabila mau melihat perguruan tinggi maju maka lihatlah perpustakaannya. Hal itu bisa kita lihat juga di Aceh,” pungkas Nazar.(*)