Kupi Beungoh
Ekonomi Gampong: Bakongan, Barsela, Reaganomics, dan Kekeliruan Sri Mulyani (I)
Soalnya sangat sederhana. Reagan dipermalukan oleh Carter, karena dia salah dalam menguraikan terminologi resesi dan depresi ekonomi AS.
Jawaban yang diberikan oleh warga Bakongan saat ini terhadap kekawatiran petinggi ekonomi dan para ilmuwan tentang krisis ekonomi dunia sangat sederhana dan ringkas.
Tidak ada krisis ekonomi di Bakongan.
Kenapa demikian? Karena memang dengan meminjam istilah Reagan, di Bakongan tidak ada resesi apalagi depresi.
Warga Bakongan, tidak hanya dirinya dan tetangganya bekerja.
Bahkan dalam waktu yang hampir setahun mereka bekerja dan dapat uang tidak biasa.
Berapa uangnya, atau tepatnya berapa penerimaan mereka?
Jawabannya banyak, dan bahkan lumayan banyak.
Hampir semua individu di ketiga kecamatan itu berani mengatakan kondisi ekonomi rumah tangga mereka, tetangga mereka, seluruh isi kampung mereka, dan warga seluruh kecamatan tidak mengalami resesi dan depresi, seperti kata Ronald Reagan pada tahun 1980.
Mereka bekerja setiap hari, mempekerjakan tetangganya yang tidak mempunyai usaha lain, dan bahkan mempekerjakan orang lain dari kecamatan tetangga mereka, seperti warga Kecamatan Kluet Utara dan kecamatan lain yang berdekatan dengannya.
Ketika mendengar, menyaksikan dengan mata, dan mengajukan berbagai pertanyaan tentang keadaan ekonomi mereka sehari-hari, terutama semenjak pertengahan tahun 2020, terasa ada keganjilan.
Karena apa? Karena nyaris tak ada media lokal, media nasional, dan bahkan media internasional yang setiap hari tidak memborbardir pembaca, pendengar, atau pemirsanya dengan kata-kata resesi, depresi, kontraksi.
Itu sama sekali tak ada di Bakongan.
Baca juga: Waled Marhaban Bakongan, dari Ulama hingga Tokoh Perdamaian Aceh
Ketiga kata itu yang telah digunakan selama satu setengah tahun, kini telah tertanam dalam benak semua orang.
Telah terjadi kiamat ekonomi global, regional, nasional, dan bahkan lokal.
Keyakinan para ahli menjadi persepsi publik, dan dalam perjalannya telah menjadi keyakinan publik.