Kupi Beungoh

Ekonomi Gampong: Bakongan, Barsela, Reaganomics, dan Kekeliruan Sri Mulyani (I)

Soalnya sangat sederhana. Reagan dipermalukan oleh Carter, karena dia salah dalam menguraikan terminologi resesi dan depresi ekonomi AS.

Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Ahmad Human Hamid, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Petani Sawit, Pensus Gubernur Aceh, dan Gaji Kepala SD

Dengan rata-rata luas lahan 4 hektare, mayoritas rumah tangga petani sawit di ketiga kecamatan itu, dengan harga antara 1.400-1.500 rupiah per kilogran TBS,  mereka menerima uang sebanyak 4 juta rupiah untuk setiap 20 hari.

Durasi 20 hari itu adalah lamanya waktu tunggu panen TBS.

Itu artinya dalam setiap bulan, pendapatan rata-rata petani Bakongan mencapai sekitar 6 juta rupiah.

Ketika harga sawit lebih tinggi lagi, pendapatan rata-rata mereka dapat mencapai Rp 7 juta per bulan.

Pendapataan rata-rata Rp 6-7 juta sebulan untuk ukuran ekonomi pedesaan sesungguhnya tidak hanya mengesankan, akan tetap juga hebat.

Bahkan menggunakan istilah motivator Mario Teguh, jumlah itu adalah super.

Kenapa tidak, pendapatan petani Bakongan itu justru menyamai honor Pensus Gubernur Aceh yang jumlahnya puluhan itu.

Bahkan pendapatan melebihi honor anggota tim pekerja Gubernur Aceh yang hanya mendapatkan Rp 3,5 juta per bulan.

Tidak berlebihan, pendapatan petani sawit Bakongan itu bahkan lebih tinggi dari tipikal ASN, terutama yang tinggal dan bertugas di pedesaan.

Mereka adalah semisal guru atau pegawai kantor Camat.

Hampir dapat dipastikan penerimaan rata-rata guru atau ASN lainnya di kawasan seperti Bakongan antara Rp 3-4 juta per bulan.

Jumlah ini tentu saja lebih kecil dari penerimaan petani sawit Bakongan.

Kalaulah ada pegawai yang lebih hebat atau setara pendapatannya dengan petani itu, hanyalah kepala SD senior yang pendapatannya antara Rp 5-7 juta per bulan.

Pendapatan Rp 6-7 juta per bulan itu umumnya berlaku untuk rata-rata keluarga petani sawit.

Baca juga: Harga TBS Kelapa Sawit Abdya Tembus Rekor Tertinggi Rp 1.540 Per Kg Tingkat Petani, Produksi Anjlok

Namun demikian, di antara sekian banyak mayoritas yang seperti, beberapa diantaranya justeru mempunyai pendapatan dua kali dari rata-rata pendapatan rumah tangga biasa.

Dengan luas lahan yang relatif sama, mereka bisa mendapatkan pendapatan dua kali lipat, bahkan berlebih, antara 12-15 juta per bulan.

Siapakah mereka?

Petani yang mendapatkan pendapatan lebih banyak itu tidak banyak jumlahnya, antara 2-5 persen dari jumlah total rumah tangga biasa.

Profil dari kluster yang pendapatannya lebih banyak ini lebih dicirikan dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi, melek teknologi budi daya sawit.

Mereka juga sering mempunyai keluarga dan lingkaran pergaulan yang berasosiasi dengan kewiraswastaan, mengikuti perkembangan pemberitaan kelapa sawit, terutama harga, dan cenderung berada dalam gugus kelompok kelas menengah pedesaan.

Mereka bahkan cenderung mempunyai lahan yang lebih luas dari rata-rata rumah tangga biasa, bisa mencapai 10 hektare atau lebih.

Sengaja atau tidak, realitas kegiatan ekonomi budi daya kelapa sawit seperti yang ditemui di Bakongan, telah menghasilkan kelompok kelas menengah pedesaan, yakni kelas menengah baru yang sepenuhnya tumbuh dari kegiatan ekonomi kelapa sawit.

Baca juga: Penurunan CPO Global belum Pengaruhi Harga Kelapa Sawit di Aceh Singkil

Baca juga: Sempat Sentuh Rp 1.950 Sekilo, Kini Harga TBS Kelapa Sawit di Subulussalam Turun Lagi

Disamping itu budi daya sawit juga telah mengangkat kelas menengah lama yang hampir hilang eksistensinya akibat mandeknya ekonomi pedesaan sebelumnya, namun kini mempunyai celah baru dengan budi daya kelapa sawit.

Satu hal yang penting untuk dicatat, pantai Barat Selatan adalah kawasan dimana perkebunan kelapa sawit sangat dominan, baik perkebunan swasta, BUMN, maupun perkebunan rakyat.

Sepanjang jalan mulai Lamno sampai dengan perbatasan Aceh Sumatera Utara, kecuali dari Labuhan Haji-Tapak Tuan, kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang menonjol.

Bakongan adalah sebuah potret kecil yang menggambarkan sebuah potret besar relatif ekonomi gampong kawasan Barat Selatan Aceh.(*)

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved