Kupi Beungoh

Penyakit Aceh: Imbuhan “Ter” yang Permanen

Ceritanya sangat sederhana, temuan ladang gas alam di Belanda pada tahun 1959 yang seharusnya membuat negara itu sejahtera, tidak terwujud.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Ahmad Humam Hamid, Sosilog Aceh. 

Setiap tahun ketika hitungan triwulan terjadi, persoalan perobahan status kemiskinan atau rendahnya pertumbuhan ekonomi sesungguhnya sama sekali tidak menjadi isu di Aceh.

Persoalan Aceh miskin atau Aceh rendah pertumbuhan ekonomi itu bukan masalah lagi, karena itu sudah menjadi sesuatu yang biasa saja.

Yang diharapkan oleh publik Aceh sebenarnya tidak terlalu banyak. 

Hanya satu ekspektasi publik yang sangat tinggi setiap tahun, yakni bukan terhapus atau hilangnya kemiskinan, melainkan berkurangnya kemiskinan.

Yang diimpikan paling kurang hilangnya imbuhan “ter” pada kata kemiskinan, dan juga hilangnya “ter” pada rangkaian kata, rendah pertumbuhan ekonomi saja.

Kehilangan imbuhan “ter” setelah berjalan beberapa tahun baru diharapkan untuk naik ke kelas yang lebih tinggi lagi.

Publik Aceh tidak berharap terlalu banyak.

Ibarat istilah roda kehidupan yang berputar sekali ke atas sekali ke bawah, namun ketika kereta behenti hendaknya Aceh tidak berada pada bagian roda yang bertindihan langsung dengan tanah.

Kalaupun bertindihan dengan tanah, sebaiknya roda bergerak, walau sangat lambat, pokoknya bergerak.

Maksudnya, bila indikatornya adalah kemiskinan, maka predikat yang ditunggu oleh publik, tidak banyak.

Kata termiskin diimpikan oleh publik berubah menjadi miskin saja, termasuk masih dalam kelompok provinsi miskin masih oke, tetapi tidak menjadi “pang ulee” alias tidak menjadi mbahnya kemiskinan regional secara berkelanjutan.

Selanjutnya ketika indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi, maka publik juga mengharapkan jika Aceh masuk dalam kelompok provinsi yang rendah pertumbuhan ekonominya, maka Aceh, idealnya tidak menjadi juara, sehingga mendapat julukan terendah pertumbuhan ekonominya.

Pokoknya asa publik Aceh tetap saja ingin melihat perobahan, tak peduli sekecil apapun, yang penting bergerak, dan berobah.

Baca juga: Jadi Negara Termiskin di Dunia, Xanana Gusmao Prediksi Timor Leste Bakal Mati 10 Tahun Lagi

Baca juga: Ustaz Masrul Aidi Ceramah di Pidie, Ajak Warga Bisa Keluar dari Klaim Termiskin di Sumatera 

Menjadi termiskin dan terendah pertumbuhan ekonominya yang terus menerus setiap tahun adalah sesuatu yang bukan hanya sangat serius, tetapi juga sebuah aib besar.

Tidak berlebihan cerita “kegagalan” pembangunan Aceh yang berlanjut akhirnya akan menjadikan Aceh sebagai sebuah contoh tentang kegagalan pembangunan sebuah kawasan pascakonflik dengan anggaran pembangunan yang melimpah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved