16 Tahun Damai Aceh

16 Tahun Damai Aceh, Gambit Minta Pimpinan Perhatikan Ekonomi Eks Kombatan GAM

berikut pandangan Syukriadi alias Gambit, eks kombatan GAM wilayah Peureulak Aceh Timur, kepada Serambinews

Penulis: Seni Hendri | Editor: Muhammad Hadi
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Syukriadi alias Gambit, eks kombatan GAM wilayah Peureulak Aceh Timur saat masih mengangkat senjata dan setelah perdamaian Aceh memilih mengurus kebun warisan orang tuanya serta mengelola tambak udang dengan abangnya 

Laporan Seni Hendri Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI - 15 Agustus 2021 Minggu hari ini, adalah Hari Damai Aceh atau 16 tahun ditandatanganinya nota kesepahaman MoU Helsinki (Hari Damai Aceh) sejak 15 Agustus 2005 silam.

Pasca 16 tahun usia Damai Aceh, lalu bagaimana kehidupan eks kombatan GAM, berikut pandangan Syukriadi alias Gambit, eks kombatan GAM wilayah Peureulak Aceh Timur, kepada Serambinews.com.

Untuk diketahui Syukriadi alias Gambit adalah eks Kombatan GAM wilayah Peureulak, Aceh Timur

3 Juli 2015, ia ditangkap tim gabungan Polres Aceh Timur, dan Polda Aceh.

Karena ia diklaim telah melakukan serangkaian kegiatan tindak pidana di Aceh Timur, sejak 2011, atau 6 tahun pasca damai Aceh.

Kapolres Aceh Timur, AKBP Hendri Budiman SH SIK MH, didampingi Wakapolres, Kompol Aji Purwanto SIK, dan Kasatreskrim AKP Budi Nasuha Waruwu SH memperlihatkan senjata api jenis AK 56 dan Revolfer SNW beserta 56 butir peluru aktif, yang berhasil diamankan Polisi dari kelompok Syukriadi Alias Gambit di Desa Blang Batee, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur, Senin (6/7) sekitar pukul 21. 00 WIB. SERAMBI / SENI HENDRI
Kapolres Aceh Timur, AKBP Hendri Budiman SH SIK MH, didampingi Wakapolres, Kompol Aji Purwanto SIK, dan Kasatreskrim AKP Budi Nasuha Waruwu SH memperlihatkan senjata api jenis AK 56 dan Revolfer SNW beserta 56 butir peluru aktif, yang berhasil diamankan Polisi dari kelompok Syukriadi Alias Gambit di Desa Blang Batee, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur, Senin (6/7) sekitar pukul 21. 00 WIB. SERAMBI / SENI HENDRI ()

Kamis dini hari 3 Juli 2015 saat itu Syukriadi alias Gambit ditangkap di rumahnya tanpa perlawanan di Desa Alue Bue, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur.

Gambit ditangkap oleh tim gabungan Polres Aceh Timur, dan Polda Aceh, yang dipimpin AKP Budi Nasuha Waruwu sebagai Kasat Reskrim Polres Aceh Timur, dan AKBP Hendri Budiman sebagai Kapolres saat itu.

Pasca ditangkap kepolisian, ia menjalani pidana penjara 1,6 tahun, lalu bebas dari Rutan Idi sejak Agustus 2016. 

5 tahun pasca bebas dari penjara, dan 16 tahun usia Damai Aceh saat ini.

Baca juga: 16 Tahun Damai Aceh, Mualem: Tidak Lama Lagi Kita Dapat Keberhasilan

Lalu, seperti apa aktivitas kehidupan sehari-hari Gambit, dan seperti apa harapannya melalui momen Hari Damai Aceh ke -16 ini. Berikut pernyataan Gambit.

Aktivitas Sebagai Petani

Gambit mengaku saat ini aktivitasnya sehari-hari sebagai petani tambak, dan petani kebun.

Tambak yang dikelolanya bersama abangnya saat ini, seluas 4 hektar di Desa Leuge, Kecamatan Peureulak.

"Tambak ini saya kembangkan secara swadaya bersama Abang saya tanpa ada bantuan dan pembinaan dari dinas terkait.

Selain itu, saya memiliki kebun durian dan rambutan seluas 1 satu hektar warisan dari orang tua," ungkap Gambit yang juga mantan Panglima Sagoe Kuta Dayah Alue Bue, Peureulak Barat tahun 2020 silam.

Baca juga: Wali Nanggroe: Alhamdulillah Damai Masih Terus Berlangsung

Komandan Satgaskom Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Aceh Timur, sejak 2011 ini mengaku hasil dari usaha yang dijalaninya saat ini mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Kini, Gambit bersama istri tercintanya, Nursiah, telah dikaruniai 5 anak yang semuanya laki-laki, dan anak tertua sedang mengikuti seleksi TNI di Banda Aceh.

"Alhamdulillah hasilnya lumayan, mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Dibandingkan rekan-rekan seperjuangan saya eks kombatan GAM masih banyak belum memiliki pekerjaan," ungkap Gambit.

Perhatikan Lapangan Kerja Eks Kombatan GAM

16 tahun Damai Aceh, di mata Gambit, saat ini, Aceh sudah sangat aman dan sudah sangat mudah bagi masyarakat Aceh untuk mencari rezeki.

"Kalau dari segi keamanan Aceh saat ini sudah sangat kondusif, dan masyarakat sudah sangat enak mencari rezeki," ungkap Syukriadi alias Gambit.

Baca juga: Peringatan 16 Tahun Damai Aceh, Ini Pesan Gubernur Aceh

Namun, kata Gambit, di usia 16 MoU Helsinki, masih banyak eks Kombatan GAM khususnya di Aceh Timur, hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan belum memiliki lapangan pekerjaan.

"Kalau dari segi keamanan Aceh sudah kondusif, dan masyarakatnya sudah enak mencari rezeki.

Tapi kalau dari segi kehidupan eks kombatan GAM, masih banyak eks kombatan GAM tidak terperhatikan dan tidak memiliki pekerjaan, dan kerja serabutan," ungkap Gambit.

Baca juga: Saran dr Zaidul Akbar, Hindari 5 Makanan Ini Agar Tidak Mudah Sakit

Karena itu, ungkap Gambit, ia berharap kepada pimpinan eks kombatan GAM (Malik Mahmud Al Haythar) agar turun ke daerah-daerah khususnya Aceh Timur, untuk melihat kondisi kehidupan dan ekonomi eks kombatan GAM.

"Harapan kita terutama kali kepada pemimpin kita, Malik Mahmud Al Haythar, untuk turun ke daerah-daerah, melihat kondisi ekonomi dan kehidupan eks Kombatan GAM.

Ini harapan kita, agar mereka tahu kondisi kehidupan eks kombatan GAM, karena selama ini mereka belum pernah turun melihat kondisi kehidupan eks kombatan di daerah," ungkap Gambit.

Baca juga: Eks Panglima GAM Wilayah Linge: 16 Tahun Damai, Aceh Ibarat Batu Pecah Seribu, Hilang Kasih Sayang

Menurut Gambit, kondisi kehidupan eks Kombatan GAM khususnya di wilayah Peureulak Aceh Timur, saat ini sangat memprihatikan.

Banyak eks Kombatan GAM kerja serabutan, dan bahkan tidak memiliki pekerjaan, dan sebagian ada yang sakit tidak ada memperhatikan sama sekali.

Salah satu cara meningkatkan perekonomian eks kombatan GAM, ungkap Gambit, yaitu melalui pemberdayaan dan melihat potensi sumber daya alam yang dimiliki di daerah tempat mereka.

Baca juga: Peringatan 16 Tahun Damai Aceh, Polda: Kondisi Aceh Kondusif

"Jika eks kombatan GAM tinggal di daerah pegunungan, maka diberikan lahan, begitu juga yang tinggal di daerah pesisir sediakan tambak. Lalu berikan modal usaha, dipantau dan dibina agar tidak disalahgunakan," ungkap Gambit.

Setelah disediakan lahan dan diberikan modal usaha, lalu senantiasa diberikan sosialisasi dan pembinaan, agar usahanya berkembang.

"Ini harapan kita kepada pemimpin kita, agar mereka turun melihat kondisi perekonomian eks Kombatan GAM.

Lalu carikan solusi sesuai potensi yang dimiliki, diberikan modal usaha, diawasi dan dibina agar mampu mandiri," harap eks kombatan GAM ini. (*)

Baca juga: Kronologis KMP Teluk Singkil Oleng Saat Pelayaran dari Labuhanhaji ke Simeulue

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved