Kesehatan
Waspada Pembengkakan Jantung, Ini Tanda-Tanda dan 12 Penyebabnya
pembengkakan jantung kadang kala tidak menunjukkan gejala apapun. Sehingga, sebagian penderitanya bisa tidak merasakan gejala apapun. Namun, ada tanda
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
Penyakit arteri koroner adalah kondisi penumpukan plak dalam pembuluh arteri koroner.
Penumpukan plak lemak ini dapat menghalangi aliran darah menuju pembuluh jantung, yang berisiko serangan jantung.
Ketika bagian dari otot jantung mati, jantung harus memompa lebih keras untuk mendapatkan darah yang cukup ke seluruh tubuh.
Jantung yang bekerja terlalu keras kemudian dapat membuat organ ini membengkak atau membesar.
Baca juga: Sederet Tanda Kolesterol Naik, Leher Kaku hingga Jantung Berdebar, Simak Penjelasannya
7. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi di mana tidak ada cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan.
Anemia kronis yang tidak diobati dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
Jantung harus memompa lebih banyak darah untuk menebus kekurangan oksigen dalam darah.
8. Gangguan tiroid
Baik kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk pembesaran jantung.
9. Kelebihan zat besi
Kelebihan zat besi atau disebut juga hemochromatosis adalah kelainan di mana tubuh tidak memetabolisme zat besi dengan baik.
Gangguan ini membuat zat besi menumpuk di berbagai organ, termasuk jantung.
Zat besi yang menumpuk di jantung membuat otot jantuk melemah, sehingga menyebabkan ventrikel kiri organ ini membesar.
10. Amiloidosis
Amiloidosis adalah penyakit langka yang terjadi saat zat amiloid menumpuk pada jaringan tubuh.
Amiloid sendiri merupakan protein yang diproduksi di sumsum tulang dan dapat disimpan pada jaringan atau organ tubuh.
Ketika amiloid ini menumpuk di dalam jantung, dapat mengganggu fungsi organ vital ini, termasuk bisa membuatnya membengkak.
11. Irama jantung tidak teratur
Melansir Health Line, aritmia alias irama jantung tidak teratur juga bisa menjadi penyebab jantung bengkak yang perlu diwaspadai.
Saat jantung berdetak dengan tempo yang tidak normal, darah bisa terpompa balik ke dalam jantung dan merusak bagian ototnya.
12. Kondisi bawaan
Kardiomegali kongenital adalah kelainan jantung yang dialami sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang menyebabkan gejala ini meliputi:
- Cacat septum atrium (kebocoran bilik jantung), yakni terdapat lubang di dinding yang memisahkan dua ruang atas jantung
- Cacat septum ventrikel atau terdapat lubang di dinding yang memisahkan dua ruang bawah jantung
- Koarktasio aorta atau penyempitan aorta, arteri utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh
- Patent ductus arteriosus, yakni terdapat lubang di aorta
- Anomali Ebstein, yakni masalah dengan katup yang memisahkan dua bilik kanan jantung (atrium dan ventrikel)
- Tetralogy of Fallot (TOF), yakni kombinasi cacat lahir yang mengganggu aliran normal darah melalui jantung.
Faktor risiko
Seseorang lebih mungkin terkena kardiomegali jika berisiko terkena penyakit jantung.
Sedangkan faktor risiko lain yang bisa membuat jantung bengka antara lain:
- tekanan darah tinggi
- kegemukan
- gaya hidup menetap
- punya riwayat keluarga, orang tua atau saudara kandung mengalami pembengkakan jantung.
- pernah mengalami serangan jantung di masa lalu
- gangguan metabolisme, seperti penyakit tiroid
- penggunaan obat-obatan atau alkohol yang berlebihan.
Pencegahan
Jika merasa memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang dapat menyebabkan pembesaran jantung, seperti kardiomiopati, beritahukan pada dokter.
Perawatan dapat diberikan sejak dini jika kardiomiopati atau kondisi jantung lainnya didiagnosis lebih awal.
Sehingga kemungkinan kondisi lebih buruk bisa dicegah.
Perubahan gaya hidup juga dapat membantu mencegah terjadinya pembengkakan jantung.
Beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:
- menurunkan berat badan
- membatasi makanan tertentu,
- hindari alkohol, kafein atau obat-obat yang mengandung kokain
- berhenti merokok
- kurangi stres
- olahraga.
Untuk jenis latihan atau olahraga, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter jenis mana yang paling aman dilakukan sesuai dengan kondisi. (Serambinews.com/Yeni Hardika)