Pertanian Organik
Merajut Asa Pertanian Organik di Aceh
Permintaan sayuran organik cukup baik. Termasuk dengan peluang pasarnya yang prospektif.
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Deretan pipa paralon berisi tanah tertata rapi di atas hamparan tanah seluas 500 meter di sudut pusat kota Banda Aceh, Gampong Mulia. Dari lubang-lubang pipa itu, tumbuh subur cabai, terong, sawi, pakcoy dan berbagai sayuran lainnya. Beberapa petani terlihat merawat pertanian hidroponik itu dengan cukup telaten.
Hidroponik tersebut dikelola oleh kamiKITA Community Center, sebuah komunitas warga yang bergerak di isu lingkungan, kesehatan dan literasi keuangan. Selain mengembangkan hidroponik, mereka juga menanami tanah tersebut dengan berbagai jenis tanaman sayuran seperti sawi, pakcoy, terong, buncis, cabai, okra, jagung dan lainnya.
Seluruh tanaman itu dikembangkan secara organik, alias tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Sejak pandemi Covid-19 mendera, tepatnya Juni 2020, komunitas kamiKITA berinisiatif menggalakkan pertanian urban (urban farming) berbasis organik. Selain untuk membantu ketahanan pangan keluarga, mereka ingin mendidik warga agar mengkonsumsi pangan organik yang lebih sehat.
• Beras Organik Tamiang Mulai Dilirik Pasar Swalayan di Medan
“Upaya ini tidak hanya bermanfaat dari segi ekonomi, tetapi juga kesehatan karena pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik, pupuk kandang atau kompos,” kata Koordinator Pertanian Urban kamiKITA, Edi Suranta Ginting kepada Serambi, Jumat (17/12/2021).

Konsumsi pangan organik sedang menggeliat di Banda Aceh. Menurut Edi, masyarakat saat ini mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi produk pertanian organik. Peluang pasarnya pun, masih terbuka lebar.
Untuk memperoleh sayur-sayuran organik di komunitas kamiKITA, warga langsung datang dan memetiknya sendiri di kebun. Karena bertujuan edukasi, harga yang dijual tak dipatok mahal, mulai Rp 1.000 per ons,” sebutnya.
• Pupuk Subsidi Jatah Petani di Pidie tidak Cukup, Pemerintah Bantu Pupuk Organik untuk 12.000 Hektare
Bahkan, warga bisa menukar sayur dengan barang bekas dari rumah. Ban mobil bekas misalnya senilai Rp 5 ribu/buah, ampas kopi kering Rp 4 ribu/kg, dan galon bekas Rp 3 ribu/buah, spanduk Rp 3.000/buah, baju bekas Rp 500/pcs, karung goni Rp 500/buah, botol kaca Rp 400/botol, botol plastik 1,5 liter Rp 200/Rp 100 per botol, tutup galon Rp 100/botol, pintu. Selain itu, bisa juga menukar sayur dengan pintu, jendela, kayu, daun, dahan dan ranting dengan harga nego. Cara ini sekaligus dilakukan untuk mengurangi sampah di lingkungan sekitar.
Kebun organik kamiKITA cukup diminati warga Banda Aceh. Selain sayuran, warga juga banyak mencari produk pertanian seperti kompos, dan lainnya. Komunitas kamiKITA berencana melebarkan usahanya. Mereka berharap bisa memasok hasil panen kebunnya ke supermarket. “Kami sedang menunggu untuk bisa memasok ke Suzuya Mall Banda Aceh,” kata Edi.
Meski bisnis pertanian organik menjanjikan, tantangannya juga cukup banyak. Salah satunya adalah potensi kegagalan organik lebih tinggi daripada anorganik. Kegagalan itu seringkali disebabkan serangan hama.
“Kalau anorganik lebih gampang. Jika ada hama tinggal disemprot kimia langsung selesai. Tapi kalau organik prosesnya agak lama. Jadi perlu persiapan yang sangat super, harus teliti, nggak bisa dikelola sampingan atau enggak serius,” papar Edi yang juga praktisi pertanian. Untuk menghadapi serangan hama, mereka memproduksi sendiri pestisida alami, dan menanam serai sebagai pengalih hama.
Selain di kebun kamiKITA, warga Banda Aceh kerap membeli sayuran organik dari Suzuya Mall. Ini adalah satu-satunya supermarket yang menyediakan sayuran organik terlengkap di Banda Aceh. Mereka menjual brokoli, bunga kol, kangkung, bayam, kacang panjang, kol, okra, jagung manis, cabai hijau, cabai merah, cabai rawit, wortel, tomat, dan lainnya. Komoditas tersebut dipasok dari petani-petani Banda Aceh dan Medan.
• Denmark Luncurkan Susu Organik, Mempromosikan Gaya Hidup Lebih sehat di Arab Saudi
Menurut Store Manager Suzuya Mall Banda Aceh, Nelli Marlina, permintaan sayuran organik cukup baik. Termasuk dengan peluang pasarnya yang prospektif. “Peluang pasar untuk sayuran organik ini bagus karena selama ini permintaan dari pelanggan juga tinggi,” kata Nelli tanpa menyebut jumlah penjualan per bulan.
Sementara di lokasi lain, Suzuya Pasar Atjeh di Jalan Diponegoro, sudah lama tersedia beras organik yang didatangkan dari Medan, namun stok yang disediakan tidak terlalu banyak.
Menurut Asisten Manager Suzuya Pasar Atjeh, Dedek Susiana mengatakan sudah lama pihaknya juga menyediakan beras organik, karena sudah ada pelanggannya.