Jurnalisme Warga
Tradisi ‘Toet Apam’ Bangkit Kembali di Pidie
Isi surat edaran itu meminta setiap sekolah mulai TK, SD, SMP, baik negeri maupun swasta untuk mengadakan acara ‘toet apam’ (masak apam)

Malah, masyarakat Aceh di Medan, Sumatera Utara, pada Rabu, 23 Februari 2022 mengadakan acara ‘toet apam’ di sana.
Kegiatan itu dimeriahkan dengan penampilan Medya Hus dkk untuk melantunkan syair, yaitu cae Aceh mengenai kenduri apam.
Buleuen Apam adalah salah satu dari nama-nama bulan dalam “Almanak Aceh”, yang setara dengan bulan Rajab dalam kalender Hijriah.
‘Buleuen’ artinya bulan, sedangkan ‘apam’ sejenis makanan mirip serabi, tapi lebih besar.
Baca juga: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Gelar Teut Apam Massal, Diikutkan Festival di Kabupaten
Kenapa disebut buleuen Apam? Karena, memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Pidie bahwa bila buleuen Apam tiba mereka mengadakan “khanduri apam” (kenduri serabi) sepanjang bulan Apam tersebut.
Tradisi ini pernah paling populer di Kabupaten Pidie.
Akibatnya, sangat terkenal bagi orang di luar kabupaten itu sebutan ”Apam Pidie”.
Dulu, tradisi ‘toet apam’ berlangsung secara alami di Kabupaten Pidie.
Begitu bulan Rajab sudah tiba, kenduri apam segera berlangsung di mana-mana, tanpa perintah dan anjuran.
Selain di Pidie, tradisi kenduri apam berlangsung secara tidak merata di Aceh.
Ada juga orang/wilayah yang melakukan kenduri apam, ada juga yang tidak.
Seorang teman saya asal Aceh Besar menjelaskan bahwa ia sering menikmati apam pada bulan Rajab ketika tinggal bersama neneknya.
Sejak sang nenek meninggal, tradisi itu pun hilang.
Begitu pula dengan kisah teman saya yang lain asal Gampong Grot, Indrapuri, Aceh Besar.
Ia katakan, kenduri apam tidak diadakan di kampungnya.
Baca juga: Pidie Akan Gelar Teut Apam Massal di Sekolah, Begini Penjelasan Kadisdik