Jurnalisme Warga
Tradisi ‘Toet Apam’ Bangkit Kembali di Pidie
Isi surat edaran itu meminta setiap sekolah mulai TK, SD, SMP, baik negeri maupun swasta untuk mengadakan acara ‘toet apam’ (masak apam)

Bagi yang alergi ‘kuah tuhe’ mungkin karena ‘luwih’ (gurih)-nya, apam dapat pula dimakan bersama kelapa kukur yang dicampur gula pasir.
Bahkan bisa juga dengan hanya memakan apamnya saja (seunge apam), yang dulu di Aceh Besar disebut ‘apam beb’.
Selain dimakan langsung, apam dapat juga direndam beberapa lama ke dalam kuahnya sebelum dimakan.
Cara yang demikian disebut “apam teuth ’op” (apam yang direndam).
Begitulah, apam yang telah dimasak bersama lauknya, siap untuk dihidangkan kepada tetamu yang sengaja dipanggil/ diundang ke rumah.
Siapa pun yang lewat/melintas di depan rumah, pasti sempat menikmati hidangan kenduri apam.
Bila mencukupi, apam juga diantar ke meunasah (surau).
Ketika ‘buluko’ (pos jaga) banyak dibangun di kampungkampung, dan setiap hari banyak orang di situ, apam juga dibawa ke sana.
Apam juga diantar kepada para keluarga yang tinggal di kampung lain.
Begitulah, acara ‘toet apam’ diadakan dari rumah ke rumah atau dari kampung ke kampung selama buleuen Apam (Rajab) sebulan penuh di Kabupaten Pidie tempo dulu.
Selain pada buleuen Apam, kenduri apam juga diadakan pada hari kematian.
Ketika jenazah telah dikebumikan, semua orang yang hadir di kuburan disuguhi apam.
Apam di perkuburan ini tidak diberi kuah.
Hanya dimakan dengan kelapa kukur yang diberi gula (dilhok ngon u).
Kenduri apam juga diadakan di kuburan setelah terjadi gempa hebat.
Tujuannya, sebagai upacara tepung tawar (peusijuek) kembali bagi famili mereka yang telah meninggal.
Menurut informasi, tradisi ini masih berjalan sampai sekarang di beberapa gampong dalam Kecamatan Simpang Keuramat, Aceh Utara.
Meski gempa terjadi pada hari apa saja, apam tetap dimasak pada hari Jumat untuk dibawa ke masjid.
Akibat gempa besar, boleh jadi si mayat dalam kubur telah bergeser tulang-belulangnya.
Sebagai tanda turut berdukacita atas keadaan itu, maka diadakanlah kenduri apam tersebut, sekaligus memohon rahmat dan lindungan dari Allah Swt.
Baca juga: Lestarikan Tradisi Masyarakat Pidie, Ratusan Pelajar ‘Toet Apam’ Pakai Kain Sarung
Baca juga: Sekelumit Riwayat ‘Buleun Apam’ di Pidie