Berita Pidie
Proyek Kawat Bronjong Rp 1,2 Miliar Amblas
Proyek kawat bronjong yang dibangun menggunakan APBK melalui biaya tak tertuga (BTT) Rp 1,2 miliar di Gampong Gajah Aye, Kecamatan Pidie
SIGLI - Proyek kawat bronjong yang dibangun menggunakan APBK melalui biaya tak tertuga (BTT) Rp 1,2 miliar di Gampong Gajah Aye, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie dilaporkan sudah amblas.
Kawat bronjong itu dipasang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPD) Pidie untuk menahan erosi tebing Krueng Baro yang sering meluap, sehingga menghantam kompleks perumahan Gajah Aye.
Junaidi Salat, warga Perumnas Gajah Aye, Kecamatan Pidie kepada Serambi, Kamis (24/2/2022), mengatakan, proyek kawat bronjong yang dipasang di aliran Krueng Baro dikerjakan sekitar April 2021 sudah amblas.
Menurutnya, amblasnya proyek bronjong itu bisa menyebabkan warga yang tinggal di kompleks perumahan Gajah Aye diterjang banjir luapan Krueng Baro.
Sebab, sebelum dipasang kawat bronjong yang melilit tebing sungai itu, kawasan mereka langganan banjir.
Bahkan, pengikisan tebing sungai akibat erosi terus terjadi.
"Untuk itu, kami minta kepada Pemkab Pidie untuk memperbaiki proyek kawat bronjong yang sudah amblas tersebut," ujarnya.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Pidie, Junidar kepada Serambi, Kamis (24/2/2022) menjelaskan, pemasangan kawat bronjong tebing sungai dananya diplot melalui BTT tahun 2021 di tiga titik dengan anggaran Rp 3,2 miliar.
Adalah di Gampong Gajah Aye Rp 1,2 miliar.
Sisanya di Gampong Tumpok Laweung, Kecamatan Pidie, dan Gampong Ara Bungkok, Kecamatan Mila.
Baca juga: Baru Setahun Rampung, Proyek Kawat Bronjong Senilai Rp1,2 Miliar di Gajah Aye Pidie Amblas ke Sungai
Baca juga: Gunakan APBG 2020, Puluhan Warga Simpang Tiga, Pidie Belajar Buat Kawat Bronjong
" Saat ini, hanya pemasangan kawat bronjong di Gajah Aye yang sudah turun ke bawah.
Saat itu, ada masa pemeliharaan selama enam bulan dari rekanan.
Tapi, masa itu sudah habis," jelasnya.
Dikatakan, saat proyek itu dikerjakan terdapat dua kali ambruk karena kondisi struktur tanah.

Bahkan, di lokasi itu adanya mata air.
Kecuali itu, kawat bronjong itu turun akibat diterjang banjir dua kali.
"Saat dikerjakan tetap adanya pengawasan.
Mungkin faktor tanah saja," pungkas Junidar.
Dikaji Lebih Dulu
Anggota DPRK Pidie, Tgk Muhammad Nur SHI, kepada Serambi, kemarin, menyebutkan, BPBD Pidie terkesan memaksa melakukan pemasangan kawat bronjong untuk mengantisipasi tebing sungai supaya tidak terjadi pengikisan.
Menurutnga, adanya unsur paksa memasang mawat bronjong mengingat BPBD Pidie sudah mengetahui struktur tanah tidak boleh dipasang kawat bronjong.
Baca juga: GeRAK dan LP2im Dorong Ditreskrimsus Polda Aceh Tuntaskan Kasus Bronjong Ambruk di Aceh Tenggara
"Jadi, kalau sudah mengetahui tidak boleh pasang kawat bronjong, jangan dipasang dong material itu.
Sebab, sekarang ini kondisinya sudah amblas," jelasnya.
Ia menambahkan, tim teknis harus melakukan pengkajian teknis, bangunan apa yang boleh dibangun untuk menyelamatkan kompleks perumahan warga.
"Jadi, dikaji lebih dulu apakah tanggul yang cocok dibangun," pungkasnya.(naz)
Baca juga: MaTA Minta Polda Selesaikan Kasus Bronjong Ambruk
Baca juga: BPBD Pidie Plot Dana Rp 3,2 Miliar untuk Pembangunan Bronjong di Kecamatan Pidie dan Mila