Kupi Beungoh

KEKERASAN juga Bulliying di Pesantren dan Sekolah Asrama, Merusak Citra Islam

BULLYING adalah sikap seseorang yang membuat orang lainnya tertindas, tidak berdaya, malu karena diolok-olok, tertekan karena diintimidasi

Editor: Amirullah
ist
Ainal Mardhiah, S.Ag. M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh. 

Oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag.

BULLYING adalah sikap seseorang yang membuat orang lainnya tertindas, tidak berdaya, malu karena diolok-olok, tertekan karena diintimidasi, rendah diri karena di ejek-ejek,  dipermalukan dihadapan orang banyak atau penggunaan kekuasaan untuk melakukan kekerasan,  ancaman, atau paksaan untuk menyalah gunakan atau mengintimidasi orang lain.

Banyak informasi kita dengar baik lewat media sosial maupun cerita para orang tua tentang kondisi anaknya yang sedang menuntut ilmu di sekolah asrama atau pesantren.

Ada cerita yang positif,  menyenangkan, membuat orang tua dan anak bahagia,  ada juga cerita sedih, dan tidak menyenangkan, membuat orang tua dan anak sedih, stres, trauma, sampai mengalami gejala psikosomatik karena maraknya bullying juga kekerasan di pesantren dan sekolah asrama.

Berikut Ini antara lain beberapa kisah nyata tentang kekerasan dan bullying yang sedang marak terjadi,  namun nama korban kami samarkan.

Sebagai contoh sebut saja ibu Reva (nama samaran). Anaknya yang laki laki, sebut saja Afif (nama samaran), sedang belajar di kelas 2 , sebuah SMA ternama, sekolah dengan asrama, dan sekolah bergengsi disebuah kota besar.

Baca juga: Surat Terbuka Kepada Semua Pimpinan, Guru, Ustadz/Ustdzah, Di Pesantren dan Sekolah Asrama

Tanpa di ketahui oleh orang tuanya, Afif sering di culik pada waktu malam oleh  kakak kelas nya di bawa ke tempat yang sepi.

Apa yang dilakukan oleh kakak kelas terhadap Afif di tempat sepi, yaitu di pukul,  ditonjok di perut, di muka,  di sepak, intinya agar Afif  hormat pada kakak kelas, dan bersikap menyenangkan kakak kelas,  jika tidak, besok malam akan di culik lagi untuk mendapatkan hukuman  lagi yang serupa, atau lebih kejam.

Dan itu berulang kejadiannya, dan tidak boleh mengadu kepada siapapun,   jika kakak kelas mengetahui telah memberitahukan kepada orang tua,  akan di tambah hukuman nya.

Tanpa sengaja, orang tua Afif mendengar pembicaraan Afif dengan adeknya di telpon, Afif sedang menceritakan pada adeknya  perlakuan kakak kelas kepada nya selama ini, yang sudah hampir satu tahun.

Afif minta adek nya untuk merahasiakan, tidak boleh cerita ke orang tuanya, karena Afif bisa dapat hukuman yang lebih berat dari kakak kelas, jika melapor ke orang tua berkaitan  perlakuan kakak kelas tersebut.

Baca juga: Filosofisnya TERATAI, Di Atas Air Tampak MERANGKUL, Di Bawah Ia MENGUASAI

Kisah lainnya,  sebut saja Abrar, pada suatu  malam Abrar sakit demam,  sakit kepala,  mau telpon orang tua  tidak tersedia handphone yang bisa di pakai,  mau ke UKS pesantren untuk berobat, tidak diterima oleh petugas, alasan dari petugas di UKS dah lewat jam 10 malam, dah lewat jam berobat.

Dengan berat,  Abrar kembali ke kamar dengan kondisi kepala sakit, demam dan tidak ada obat,  keesokan harinya masih sakit,  sehingga Abrar tidak sanggup masuk sekolah.

Di sekolah, karena Abrar tidak masuk sekolah, oleh para guru Abrar dianggap bolos karena tidak ada surat sakit dari UKS, guru tidak mau kalau hanya informasi sakit dari kawan,  harus ada surat dari UKS, sementara tadi malam ketika Abrar ke UKS, petugas UKS tidak lagi menerima berobat karena dah lewat jam 10 malam.

Sementara itu para ustdz mengira Abrar malas tidak hadir pengajian kitab, zikir dan shalat berjama'ah di mesjid Asrama.

Akibatnya di sekolah Abrar, mendapatkan hukuman dari guru,  dari ustdz di dayah atau pesantren Abrar mendapat hukuman pukulan dengan kayu di tangan dan dicukur rambut sampai botak karena tidak hadir shalat jama'ah, meski Abrar masih dalam keadaan sakit.

Baca juga: MODERASI BAGI SEORANG MUSLIM; Tidak Dalam  Urusan Beragama

Sehingga Abrar menjadi bahan olokan dari kawan-kawan,  Abrar dianggap anak yang tidak patuh, anak yang   bandel  makanya di botakin. Akhirnya Abrar trauma, dan stres

Ada lagi Kisah lain, yang tidak kalah  membuat miris hati mendengarnya.

Sebut saja ibu Erna, biasanya hari minggu dah siap siap mau menjenguk anak nya di pesantren yang bernama Ruli (nama samaran)

Hari minggu itu,  bu Erna dapat telpon dari nomor yang tidak di kenal,  rupanya sang anak meminjam handphone orang,  suara diseberang telpon,  anak bu Erna sedang meringis menahan sakit.

Sakit di kepala, sakit divkuping, kuping dah gak bisa denger, minta bu Erna dan suami segera datang ke pesantren.

Tanpa pikir panjang,  bu Erna beserta suami berangkat ke asrama (pesantren),  setelah minta izin satpam asrama untuk bertemu anak,  rupanya sang anak sudah menunggu di pos satpam,  dalam  keadaan muka bengkak,  biru biru, lembam, ada benjolan bekas pukulan di atas pelupuk mata, di rahang juga nampak biru biru, lembam.

Baca juga: ORIENTASI; Pendidikan Seperti Ini Yang Harus Di Peroleh Anak-Anak Muslim

Pihak asrama tidak memberitahukan bu Erna tentang keadaan anaknya yang demikian, telah di pukul oleh ustdznya.

Bu Erna dan suami mengajak  Ruli duduk,  kawannya Ruli juga ikut duduk bersama menceritakan apa yang terjadi.

Ruli  dipukul oleh beberapa orang ustdz secara bergantian, dengan alasan Ruli tidak sopan sama ustdz,  dipukul mulai dari jam 10 malam  sampai jam 2  malam,  secara bergantian,   dipukul di muka,  ditonjok dimuka,  dipukul di kepala,  di tendang di perut,  sampai  pendengarannya terganggu, muka bengkak,  lembam, dan biru biru.

Ini hanya sebagian kecil contoh kekerasan dan bullying, yang seharusnya tidak terjadi disekolah asrama atau  pesantren  yang membawa nama  Islam,  atau lembaga pendidikan yang di kelola oleh orang Islam,  yang bersekolah ditempat tersebut anaknya orang-orang Islam.

Lalu kita sebagai orang tua apa yang harus kita lakukan,  apa kemudian kita jadi takut,  tidak jadi menyekolahkan anak kita di dayah, pesantren,  atau sekolah asrama? Tentu Tidak.

Dayah,  pesantren, sekolah asrama adalah salah satu pilihan  terbaik, untuk  tempat menyekolahkan anak saat ini, mengingat bahaya diluar  seperti handphone,  narkoba,  pergaulan bebas, acara nongkrong yang tidak jelas lebih  berbahaya bagi anak-anak kita  saat ini, yang bisa merusak masa depannya dunia dan akhirat.

Baca juga: KITA ADALAH UMAT YANG SATU; Adakah Alasan Penting, Sehingga Kita Berpecah Belah

Lalu apa yang dapat kita lakukan, untuk mengantisipasi hal hal yang tidak kita kehendaki tersebut,  menurut saya berikut ini beberapa  trik yang bisa kita lakukan,  antara lain:

Pertama, Orang tua baiknya mencari informasi terlebih dahulu dari orang terdekat, dan orang-orang yang sudah pernah anaknya sekolah di tempat tersebut, sekolah yang ingin di tuju oleh anak.

Kedua, Sebelum anak mendaftar di sekolah yang ingin dituju, pada hari  kunjungan, baiknya orang tua datang terlebih dahulu ke sekolah tersebut,  untuk mencari tau dan menanyakan pada  anak-anak yang sedang sekolah ditempat yang dituju,  bagaimana kondisi,  fasilitas, bagaimana komunikasi di sekolah antara murid dan guru,  murid dan ustdz, apakah komunikasinya terbuka atau tertutup,  mudah atau sulit.

Bisa tidak anak menghubungi orang tua atau orang tua  menghubungi anak yang sedang di asrama. Kalau sakit bagaimana cara penanganannya, orang tua di beritahukan atau  tidak, ada yang merawat atau UKS, kalau sakit dan lainnya yang dirasa perlu.

Dapat ditanyakan juga apakah ada ustdz, ustadzah yang tinggal di asrama,  bagaimana peraturan di sekolah tersebut.

Lihatlah apakah wajah sang anak  senang atau tidak ketika bercerita,  karena banyak sekolah tampil hebat di media sosial,  sementara di dalam tidak demikian kondisi sebenarnya.  Lebih tepat disebut "PENJARA" begitu istilah mereka para anak- anak yang  di tinggal di asrama tersebut.

Ketiga,  Pilihlah sekolah yang mudah orang tua berkomunikasi dengan anak, atau anak mudah berkomunikasi dengan orang tua.  Baik lewat handphone yang disediakan pihak asrama atau sekolah,  atau lewat ustdz/ustadzah pengasuh.

Baca juga: GURU ADALAH INVESTOR AKHIRAT; Menanam di Dunia Memgambil Hasil Di Akhirat

Keempat, Pilihlah sekolah yang orang di dalamnya (guru, ustdz,  pengasuh)  ramah, dan santun. Karena ada sekolah ketika orang tua berbicara dengan guru, atau ustdz,  jawaban guru atau Ustadznya ketus dan kasar.

Contoh: ada orang tua anak disebuah asrama berbicara dengan  ustdz pengasuh,  "ustdz ni ken lagi covid,  orang tua gak boleh berkunjung".

Bagaimana kalau kami orang tua, ustdz tolong kirim foto anak-anak biar bisa terobati sedikit kerinduan kami, terutama kami orang tua anak yang berasal dari luar kota."

Jawaban ustdznya pada orang tua anak tersebut: "ibu, kalau sudah kirim anak kemari (ke sekolah asrama ini), anak jangan di ingat-ingat lagi."  (Sedih  orang tua  mendengar jawaban ustdznya).

Tentu ini jawaban yang tidak tepat,  tidak santun, bagaimana orang  tua  bisa melupakan anak, seperti maunya ustdz.

Ini menunjukkan yang bersangkutan tidak cocok menjadi ustdz, dari itu sudah dapat kita bayangkan pola komunikasi yang terbangun di asrama tersebut " jauh dari kasih sayang ".

Kelima, Setelah mendapatkan informasi yang cukup,  sebelum memilih dan membayar uang sekolah, baiknya minta ananda ISTIKHARAH terlebih dahulu,  karena hanya Allah yang tau, segala yang tersembunyi,  agar  Allah memberikan yang terbaik buat ananda.

Keenam, Jika sudah memilih, kepada ananda diingatkan agar  patuh dengan aturan yang ada di asrama,  dan hormat kepada para guru, pembina asrama, ustdz dan ustadzah, karena ini merupakan pintu untuk  terhindar dari hukuman atau segala macam sanksi  lainnya.

Ketujuh, Minta kepada ananda, untuk jangan takut menceritakan semua yang dia alami selama di sekolah dan selama di asrama.

Pastikan anak aman, jika hal yang negatif, orang tua baiknya jangan  langsung percaya penuh, segera cek kebenarannya kepada berbagai pihak yang terkait dan terlibat juga yang menyaksikannya.

Kedelapan,  Jangan lupa menanyakan kepada anak setiap berkunjung ke asrama, tentang pengalaman yang ia alami selama di asrama dan di sekolah, baik pengalaman buruk maupun pengalaman yang  menyenangkan.

Lihat bahagia atau tersiksa, jika nampak tersiksa telusuri lebih lanjut permasalahan yang dihadapi ananda.

Kesembilan, Jika anak mengalami tindakan kekerasan,  baik dari sesama murid, kakak kelas atau pendidik (guru, Ustadz,  pembina asrama), dengarkan baik-baik cerita versi anak, jangan ikuti  emosi, sabar,  tanyakan siapa saksinya, lalu minta cerita dari saksi.

 Jika sudah dipastikan anak dipihak yang benar, dan sudah  sesuai antara  cerita anak dan çerita para saksi, dan ada bukti, langkah selanjutnya temui penanggung jawab asrama atau sekolah,  minta informasi tentang apa yang terjadi pada anak.

Jika tidak mendapatkan respon yang baik,  baiknya segera laporkan ke polisi untuk divisum sebelum bukti kekerasannya hilang.

Kesepuluh,  Sampai di kantor polisi,  minta di proses sesuai kesalahan,  jika kesalahan oknum, cukup oknum yang di lapor,  dengan catatan perlakuan tersebut tidak disetujui  oleh pihak pimpinan sekolah atau pimpinan pesantren.

Sangsi hukum untuk kekerasan atau pemukulan anak di bawah umur antara lain penjara,  denda,  dan di bisa cabut PNS jika pegawai negeri.

Kesebelas, Jika sekolah atau pesantren,  merestui tindak kekerasan tersebut atau tidak peduli dengan apa yang dialami anak yang mengalami tindak kekerasan,  tidak salah jika sekolah atau pesantren tersebut juga sebaiknya  dilaporkan ke polisi agar menjadi pelajaran,  karena sikap demikian  merusak nama baik islam dan lembaga pendidikan islam .

Keduabelas, jika anak sudah tidak nyaman lagi di sekolah tersebut, karena kejadian tersebut  tidak mendapatkan titik temu,  kesepakatan damai dengan pelaku, dengan pihak sekolah,  dan pihak asrama sebaiknya anak dipindahkan kesekolah lain, agar jangan mengalami trauma berkelanjutan, dan berkepanjangan, yang bisa mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, mengganggu kemampuan dan semangat belajar anak, segera bawa anak ke psikilog atau psikiater apabila sudah mengalami gejala psikosomatik.

Ketigabelas, jika pihak pelaku dan pihak pimpinan sekolah atau asrama mengaku salah dan minta maaf,  anak tetap disekolah tersebut itu lebih baik. Karena jika dipindahkan kesekolah baru,  anak harus belajar bersosialisasi dari awal lagi, dan dikhawatirkan disekolah baru anak tersebut di anggap "anak pindah karena bandel",   sebagaimana yang sering saya  dengar dari guru atau anak-anak menyebutkan, " anak pindahan, pasti anak bandel", begitu biasa terjadi di sekolah sekolah atau asrama-asrama, meski  belum tentu begitu alasan pindahnya.

Moga bermanfaat

*) PENULIS Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved