Kupi Beungoh
Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (V), 'Laboratorium Suriah' Putin, untuk Ukraina?
TIDAK berhenti di kawasan bekas Uni Soviet, percaturan Rusia dengan AS, juga berlangsung di berbagai tempat lain di dunia.
Ukuran itu kemudian tercermin dari ketakutan warga dengan gelombang pengungsi yang jutaan jumlahnya.
Aleppo adalah salah kota tertua di kawasan Timur Tengah, yang menghubungkan Afrika dengan Eropa via Turki dan juga salah satu rute jalur sutera Cina.
Dalam sejarah tamaddun Islam, Allepo terkenal dengan Masjid al Nuqtah, tempat di mana disimpan batu ceceran darah cucu Rasul, Hussain, yang kepalanya dipancung oleh Yazid bin Muawiyah.
Di bawah gempuran tentara Rusia, dibantu oleh pasukan Suriah, Allepo yang penuh dengan bangunan peninggalan klasik dan tempat bersejarah, kini tak berbekas.
Dan kini, gempuran seperti itu sedang dan akan diulangi di kota-kota Ukraina, utamanya di ibu kota Kiev.
Gambaran itu ditulis dan dilaporkan oleh Shawn Yuan-aktivis HAM internasional, photographer, dan wartawan freelance yang menulis respons publik Suriah di Aljazera (February 6, 2022).
Shawn yang sempat mengunjungi Aleppo beberapa hari yang lalu menggambarkan bagaimana reaksi warga Aleppo yang menyaksikan serangan Rusia ke Ukraina.
Dari sejumlah wawancara, warga Aleppo seolah terbangun dari mimpi buruk tahun 2016, ketika bombardir Aleppo itu tergambar kembali di Ukraina melalui media elektronik yang mereka tonton.
Shawn menulis ringkasan koleksi cerita itu sebagai “kini mereka-Rusia- akan mengulangi lagi Allepo di Ukraina.
Sebenarnya, tanpa ditulis oelh Shawn pun banyak publik internasional telah menyaksikan bagaimana hancurnya Allepo pada tahun 2016 via laporan media.
Bayangkan saja Kota Banda Aceh yang relatif dan rontok rumah dan bangunan pada tahun 2004 akibat tsunami, sebagai gambaran kecil musnahnya Aleppo.
Bayangkan saja Allepo-190.00 km persegi yang hampir 7 kali luas Banda Aceh 30,357 km persegi dengan wajah bangunan yang rontok dan rata dengan tanah, dan bangkai berbagai kenderaan pada Desember 2016.
Atas restu Bashir Assad, Rusia mengerahkan serangan udara dan darat yang hanya dalam waktu 45 hari sebagian besar Aleppo berhasil direbut kembali oleh pemerintah Suriah.
Setelah hampir dua tahun kota, dua petiga kota dikuasai pemberontak, pada 15 Desember 2016 Aleppo.
Apa yang dilakukan oleh pasukan Putin di Aleppo?
Sama halnya dengan AS ketika menyerang Irak dengan mengerahkan kapal induk Harry S. Truman, tahun 2003 di Laut Tengah, Rusia pada konflik Suriah mengirim kapal induk Admiral Kuznetsov yang panjangnya lebih dari 3 kali lapangan bola.
Jika Truman pada gempuran Irak 2003 mengangkut pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, maka Kuznetsov mengangkut pesawat canggih Rusia Tu-22M3, MiG-31K, berikut dengan berbagai peralatan mesin perang lainnya.
Dengan gempuran Rusia yang begitu dahsyat siang malam, pemberontak Suriah dipaksa tak berkutik.
Banyak yang mati, yang menyebabkan mereka terpaksa mundur dan keluar dari Aleppo.
Persoalannya yang paling besar, adalah tewasnya masyarakat sipil yang tak berdosa, akibat pemboman itu. Tidak terhitung.
Orang tua, wanita, dan anak-anak tampak dalam berbagai foto dan video dengan gambaran yang hanya setara dengan apa yang terjadi di Kossovo pada tahun 1992, dan mungkin mengalami penderitaan yang hampir mirip dengan Nagasaki pada tahun 1945, minus radiasi nuklir.
Mesin perang Putin cukup ampuh, sehingga kelompok oposisi dukungan AS pun terpaksa lari dan keluar dari Aleppo.
Baca juga: VIDEO - Rusia Dikabarkan Rekrut Tentara Suriah untuk Berperang di Ukraina
Baca juga: Presiden Suriah Dukung Invasi Rusia ke Ukraina, Sebut Sebagai Langkah Mengoreksi Sejarah
Baca juga: Rusia Bombardir Kawasan Perkotaan Ukraina, Ubah Strategi, Gunakan Taktik Perang di Suriah
Ajang Uji Coba Senjata Baru
Kenapa Suriah disebut sebagai laboratorium Putin?
Karena memang di Suriah lah semua jenis senjata baru Rusia dicoba, semua model taktik dan strategi pertempuran disempurnakan, dan semua kombinasi serangan laut, udara, dan darat dipraktekkan.
Pokoknya bagi Putin, Suriah adalah tempat di mana uji coba pertempuran.
Di Suriah, pola Putin belajar dan mengajari Assad tentang bagaimana mengkonversi kemenangan militer menjadi kemenangan politik yang solid.
Salah satu prestasi Rusia di Aleppo yang kini sudah mulai dilakukan di Ukraina adalah penggunaan vacum boom atau juga dikenal dengan nama senjata thermobaric.
Di kalangan ahli persenjataan, vacuum boom diberi nama bom nuklir kecil, karena cara kerjanya yang sangat cepat-efektif, dan mematikan.
Bom ini mempunyai metode daya ledak ganda, dimana semua serpihan ledakan pertama yang berserakan akan menghasilkan ledakan kedua yang sangat dahsyat, dari banyak serpihan dan menjangkau areal yang lebih luas.
Nama senjata vacuum bom Rusia itu adalah TOS-1A yang mempunyai jarak tembak 4 kilometer lebih dengan cakupan ledakan lebih dari 300 meter.
Ketika diceritakan tentang kematian ribuan warga sipil dan ratusan ribu bahkan jutaan pengungsi Aleppo dan Idlib, tidak sangat sukar untuk dimengerti.
Dengan hanya melihat kepada satu jenis senjata pemusnah itu saja, belum lagi mesin perang yang lain sudah dapat dibayangkan bagaimana kejadian kematian dan penderitaan di Suriah itu terjadi, dan kini hal itu akan terulang di Ukraina.
Putin tidak hanya berurusan dengan AS di Suriah, ia juga mengirim pekerjaan rumah Uni Eropa yang bahkan mempercepat Inggris keluar dari Uni Eropa.
Gempuran Putin telah menyebabkan jutaan pengungsi Suriah dan bahkan Libya-Putin juga terlibat dalam perang sipil Libya, telah membanjiri Eropa.
Pengungsi itu kini telah membuat Uni Eropa kewalahan, sementara Putin diam-diam menikmatinya.
Ketika ada pertanyaan dari wartawan tentang kekejaman Rusia di Suriah komentarnya cukup dingin.
Dia menjawab ya, kemudian dilanjutkan, “itu tak ada apa-apanya dibandingakan dengan yang dilakukan AS di Afghanistan dan Irak”.
Hampir tak ada wartawan yang mampu membantahnya.(BERSAMBUNG)
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI