Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XII) - Ukraina dan Permainan "Frenemy" Erdogan

Oxymoron itu kini menjadi kunci rahasia yang diketahui umum terkait dengan sapak terjang Presiden Edorgan dalam kebijakan luar negeri negerinya.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Kasus Suriah adalah contoh bagimana tiga negara- AS, Rusia, dan Turki saling bermain dalam kerangka “freenemy” yang konkret.

Turki mempunyai keinginan tetangga Suriah yang stabil dan demokratis, bukan negara otoriter yang menjadi maşalah bagi Turki.

Masalah jutaan pengungsi Syiria dan isu perbatasan adalah persoalan kepemimpinan Suriah, dan dalam hal itu kepentingan Turki dan AS sama, Assad harus digulingkan.

Bagi AS itu adalah cengkaraman hegemoni, dan bagi Turki itu adalah kepentingan nasional Turki.

Rusaknya, pada saat yang sama AS mencari kawan domestik lain yang menjadi ancaman bagi Turki, yakni Tentara Republik Kurdi.

Keterlibatan Rusia juga menjadi masalah sekaligus solusi bagi Turki dalam menghadapi persoalan Suriah.

Di satu pihak mereka berbeda dalam hal penggulingan Assad, namun Turki bersepakat dengan Rusia dalam memerangi tentara pemberontak Kurdi yang melawan Assad, sepakat dengan keutuhan Turki, dan juga bersepakat untuk secepatnya mengakhiri perang Suriah yang telah mengganggu ekonomi Turki.

Satu hal yang juga menjadi titik konflik antara Turki dan Rusia adalah, Rusia mendekati salah satu faksi dari pemberontakan Kurdi yang ingin berdamai dengan Assad, dengan hanya meminta sebuah wilayah otonomi Kurdi di Syiria.

Bagi Turki itu adalah ancaman.

Jika skenario itu terjadi, maka yang akan muncul adalah wilayah itu akan menjadi basis bagi negara Kurdi yang akan mengklaim wilayah sebagian wilayah Irak, Suriah, dan Turki.

Permainan petak umpet Turki dengan Rusia tidak hanya perlaku dalam hal taktik dan strategi clash nonmiliter, tetapi juga terjadi secara lebih keras dalam adu laga militer di kawasan konflik itu.

Pada 24 November 2015, pesawat tempur buatan AS yang dimiliki Turki menembak jatuh pesawat tempur Sukhoi Su-24M di perbatasan Turki-Suriah.

Alasannya, Sukhoi itu terbang memusuki 2 kilometer lebih wilayah Turki dari perbatasan Suriah.

Apa reaksi Putin?

Ia memerintahkan penghentian impor sejumlah produk pertanian dari Turki, tidak mau menerma panggilan telepon Edorgan, dan ia menyebutkan Turki telah menikam Rusia dari belakang.

Akhirnya Edorgan berhasil meyakinkan Rusia, dan Putin mengatakan bahwa Turki telah minta maaf dan telah dimaafkan.

Apakah kasus itu telah selesai?

Pada tanggal 28 Oktober 2018, gempuran pesawat tempur Suriah dan Rusia di Provinsi Idlib, Suriah menewaskan 38 tentara Turki, dan itu membuat Edorgan sangat marah.

Kenapa tentara Turki berada di Suriah?

Jawabannya hanya satu.

Turki datang membantu satu faksi pemberontak melawan Presiden Assad, yakni SNA- Syirian National Army, yang merupakan kelanjutan dari Federasi Perlawan Suriah yang mendapat dukungan kuat dari AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan sebagian anggota NATO di Eropa.

Tingkah Turki yang bermain “dua kaki” itu mendapat hukuman dari AS.

Sekalipun Turki anggota NATO, keperluan suku cadang pesawat tempur F-16 made in AS diembargo.

Selain itu AS juga tidak mau melepas missil Patriot canggih untuk pertahanan Turki.

AS juga memberikan indikasi tidak akan menjual pesawat tempur canggih terbaru F-35 kepada Turki.

Keputusan itu membuat Edorgan harus mencari alutsista alternatif ke negara lain yang memungkinkan.

Akhirnya Edorgan membuat keputusan, ia membeli sistem pertahanan mutakhir paling canggih buatan Rusia, S-400 generasi keempat.

Ini adalah sistem rudal pertahanan udara yang dapat melayani semua serangan udara, mulai dari pesawat hingga rudal balistik dengan tingkat jelajah 400 kilometer dengan ketinggian 98.000 kaki, sekitar 30 kilometer.

Dalam hanya waktu lima menit S-400 yang dimilki Turki itu mampu melumpuhkan 36 serangan sekaligus.

Dan ini membuat AS berang.

Bagaimana posisi Turki di Ukraina?

Turki adalah pemasok alat pertahanan canggih untuk Ukraina yang telah menahan laju serangan tentara Rusia ke Ukraina.

Bayraktar TB2 adalah pesawat tak berawak pembawa missil yang dikendalikan jarak jauh, buatan Turki yang dibeli Ukraina.

Walaupun jumlahnya tidak sangat banyak, alat canggih ini telah membuat  banyak tank buatan Rusia lumpuh, karena TB-2 missil yang akurat dengan daya ledak yang kuat.

Apakah Rusia marah terhadap kejadian itu atau tidak, yang jelas Rusia telah memberi sedikit ruang kepada Turki untuk menjadi mediator dalam konflik Rusia Ukraina.

Paling kurang sudah dua kali terjadi pertemuan Ukraina yang dimediasi Turki.

Rusia tidak peduli dengan sikap Turki terhadap serangannya ke Ukraina , seperti sikap Turki mengecam serangan Rusia ke Ukraina, menggunakan istilah perang, dan bahkan ikut mengutuk Rusia di PBB.

Turki juga telah melaksanakan perjanjian internasional, Konvensi Montreux yang dibuat pada tahun 1936.

Konvensi itu memberi kewajiban dan kuasa kepada Turki untuk hubungan laut Meditarinia dan Laut hitam dari lintasan kapal perang, jika negara sekitar laut hitam dalam peperangan.

Kini kecuali kapal barang, semua kapal perang tidak dapat masuk ke laut hitam, karena Turki telah menggunakan penutupan baik di Bosphorus dan juga selat Dardanella.

Walaupun Rusia mempunyai pangkalan militer di Laut Hitam, kini kegiatan arus masuk persenjataannya praktis terhenti.

Di antara semua permintaan AS kepada masyarakat inetrnasional, terutama boikot perdagangan, keuangan, embargo pembelian minyak dan gas, Erdogan tidak punya waktu untuk mendengar seruan itu.

Edorgan tidak mau ikut dalam “jamaah” boikot ekonomi Rusia.

Kenapa ia memilih sikap seperti itu?

Edorgan tidak mau melepaskan kepentingan ekonomi negerinya dengan menjadi “pak turut” AS.

Turki adalah negara ketujuh terbesar mitra dagang Rusia, dan nomor dua konsumen gas Rusia setelah Jerman.

Kebutuhan minyak Turki juga diimpor dari Rusia.

Turki juga menjadi basis bagi ekspansi perusahaan Rusia ke berbagai tempat lain di dunia.

Tidak hanya itu, Turki juga sedang  membangun stasiun pembangkit Nuklir Akuyu dengan nilai 20 miliar dolar dengan perusahaan Rusia, Rosatom, di Provinsi Mersin (Bardakci 2021).

Apakah itu sudah selesai kepentingan ekonomi Turki dengan Rusia?

Tentu saja tidak, karena salah satu pilar ekonomi Turki, pariwisata juga sangat tergantung kepada Rusia.

Tidak kurang dari 20 persen pengunjung Turki setiap tahunnya datang dari Rusia, dan itu adalah sumber pendapatan besar untuk negara dan masyarakat Turki.

Tidak hanya uang turis Rusia, mulut rakyat Turki juga tergatung pada Rusia.

Sekitar 64 persen impor gandum dan biji-bijian lain Turki berasal dari Rusia dan Ukraina.

Bagaimana Turki melihat Ukraina?

Turki tidak mau melihat Ukraina, bahkan Crimea berada di tangan Rusia.

Ukraina adalah pasar bagi Turki, terutama persenjataan.

Ukraina juga sumber uang dan makanan bagi Turki.

Sekitar 8.3 persen Wisatawan Turki setiap tahun berasal dari Ukraina.

Selanjutnya sekitar 14 persen gandum impor Turki juga berasal dari Ukraina.

Lebih dari itu, bagi Turki, kejatuhan Ukraina ke tangan Rusia, adalah momok baru kawasan.

Itu artinya seluruh negara yang berbatasan dengan Rusia, terutama yang pro-NATO segera akan berhadapan dengan nafsu Putin yang ingin mengembalikan geopolitik Rusia keposisi pasca kejatuhan Uni Soviet pra 1991.

Dan Rusia adalah salah satu target yang dituju.

Baca juga: Pria Bersenjata Kapak Menyerang Masjid Toronto, Jamaah Lumpuhkan Penyerang Sebelum Diamankan Polisi

Contoh Nyata Machiavelian

Apakah Erdogan akan meninggalkan NATO?

Jawabannya adalah tidak.

Dalam beberapa hal ia ikut, namun ketika dihadapkan dengan kepentingan nasional Turki, ia menolak.

Akankah NATO meninggalkan Turki?

Jawabannya juga tidak, karena NATO sangat membutuhkan Turki, baik karena posisi geografis, dan juga kekuatan militer yang mewarsisi legacy imperium Osmani.

Akankah Ukraina tidak bersahabat dengan Turki?

Jawabannya juga tidak.

Ukraina sangat butuh Turki, terutama untuk menjadi saluran penghubung dengan Rusia seperti yang telah terbukti dua kali, walaupun belum sangat efektif.

Inilah alasan Turki yang selalu berteriak, dialog dan damai antara dua negara yang berperang itu. 

Menggunakan kerangka politik Machiavelli, Edorgan adalah praktisi Machiavelli yang handal.

Jurus yang ia gunakan adalah “frenemy” berkawan sekaligus bermusuhan adalah contoh nyata “Machiavelian”.

Ia menghalalkan segala cara untuk kepentingan nasional Turki.

Apakah ia tak bermoral?

Itu adalah pertanyaan bodoh, karena ketika ia terjepit dalam cengekeraman para “Machievelian” abadi dan super seperti AS dan Rusia, mustahil dia menggunkan jurus lain.

Machievelian merujuk kepada nama Niccolo Machiavelli diplomat, politikus, sekaligus filsuf Italia yang hidup pada tahun 1469 hingga 1527.

Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans.

Machiavelli dalam konteks Turki dan Edorgan, harus dihadapi dengan cara Machiavelli.

Bagi Edorgan, Turki harus hidup, maju, dan berlanjut.

Seorang wartawati dan pengamat stragis global Turki, Asli Aydintabas yang kini menetap di AS dan menjadi kontributor tetap untuk rubrik opini internasional pada Harian The Washington Post, beberapa hari yang lalu menulis tentang pandangan publik Turki terhadap perang Ukraina.

Dalam kunjungan terakhirnya ke Istambul, Aydintabas menyimpulkan kontestasi AS dan Rusia dalam pandangan masyarakat Turki hari ini dalam satu kalimat. 

“Rusia itu jahat, dan AS itu adalah setan”

Apa yang Edorgan lakukan terhadap kasus Ukraina, sedikitnya tergambar dari observasi Aydintabas.

Edorgan telah mampu meracik kebijakannya dengan nurani rakyat Turki kebanyakan.

Apakah ini juga jurus Machiavelli?

Biarlah Edorgan yang menjawabnya.

 

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

 

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

 

BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved