Salam
Sikap Negara Barat Dianggap Tidak Fair
Perang antara Rusia dengan Ukraina sejak akhir pekan lalu dilaporkan mulai memasuki babak baru.
Perang antara Rusia dengan Ukraina sejak akhir pekan lalu dilaporkan mulai memasuki babak baru.
Ada dua hal yang kemudian memunculkan kesimpulan itu.
Pertama karena Rusia menyatakan operasi militer tahap pertama mereka ke Ukraina sudah selesai.

Dan, kedua, campur tangan NATO untuk membela Ukraina sudah semakin jelas dan tegas.
Sebagaimana kita ketahui, setelah Amerika dan Jerman secara terang terangan mengirim senjata ke Ukraina, kini kabar terbaru NATO dan Rusia saling mengarahkan senjata nuklir.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev mencatat bahwa senjata nuklir NATO sudah ditargetkan pada fasilitas-fasilitas penting di Rusia.
Sedangkan hulu ledak Rusia ditujukan pada target di Eropa dan Amerika Serikat.
Karenanya, Medvedev menekankan perlu dilakukan kebijakan yang bertanggung jawab.
Sebab, krisis saat ini lebih buruk.
"Tidak ada yang menginginkan perang, apalagi perang nuklir, yang merupakan ancaman bagi keberadaan peradaban manusia," kata Dmitry Medvedev.
Baca juga: Perbankan Turki Masih Takut Layani Warga Rusia, Khawatir Terkena Sanksi AS
Baca juga: Barat Akan Tutup Celah Negara Penampung Oligarki Rusia, Sanksi Keras ke Kremlin Akan Ditambah
Provokasi ancaman serangan nuklir ini ternyata membuat Jepang menjadi salah satu negara yang merasa muak.
Pasalnya, serangan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, menjadi tragedi yang mustahil dapat dihapuskan dari benak pemerintah dan seluruh rakyatnya.
Amerika Serikat sampai saat ini tetap menjadi satu satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik.
Dan, tragedi Hiroshima mengajarkan kita bahwa tidak masuk akal bagi negara manapun untuk membuat ancaman serangan nuklir.
“Kengerian senjata nuklir tidak boleh terulang,” kata Jepang.