Kupi Beungoh

Catatan Perjalanan Ramadhan - Ramadhan di Negeri Osman, Attaturk, dan Edorgan

Ketika sedang makan, saya mulai melihat dua tiga macam “khamar”, mulai dihidangkan, dan seolah minum air putih, banyak menumpang yang tak melewatinya.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Demikian juga penerbangan ke kota-kota besar negara mayoritas Islam seperti Kairo, Baghdad, Dakar dan lain-lain, tidak termasuk Jakarta, juga tidak menyediakan minuman,-istilah  Aceh, “ie raminet” atau “ie nuraka” itu.

Pesawat yang nyaris penuh itu umumnya ditumpangi oleh turis yang terbang ke Turki, karena negara itu telah aman dari serangan pandemi dan aturannya pun sudah lebih relaks.

Saya dan isteri yang duduk di bagian belakang pesawat Boing 787-9 Dreamliner mengamati penumpang yang segera membuka meja makan di depan kursi duduk begitu bau harum makan siang mulai dibagikan.

Dari bahasa yang digunakan saya terkesan, mayoritas penumpang adalah turis dari Miami karena logat bahasa latinnya yang kental, dan cukup banyak juga  penumpang Turki.

Ada juga penumpang lain dengan warna kulit yang bercampur yang mungkin juga turis, ataupun penumpang transit yang akan melakukan perjalanannya.

Tak jelas tentang orang Turki penumpang pesawat itu, paling kurang beberapa keluarga di sekeliling kami, apakah Turki yang tinggal di AS, lalu pulang ke Turki, ataukah Turki yang melancong ke AS.

Yang pasti ketika berbicara dengan anak-anaknya mereka berbicara dengan aksen Inggris-AS yang kental, namun sesama orang dewasa, mereka bicara Turki, baik dengan teman dan ataupun dengan pasangannya.

Saya semakin yakin mereka orang Turki, tak peduli tinggal atau melancong ke AS.

Melihat kepada pakaian dan gayanya, mereka adalah cerminan kelas menengah yang terpelajar, profesional, dan mungkin punya pendapatan di atas rata-rata yang cukup lumayan.

Saya tahu itu karena dua atau tiga dari mereka menceritakan kepada anak-anaknya dalam bahasa Inggris tentang tingkah laku yang harus ditunjukkan ketika bertemu dengan kakek nenek mereka.

Ayah yang  pertama menceritakan tentang perjalanan ke Bursa via darat atau laut.

Ayah yang kedua menceritakan tentang Trabzon.

Akhirnya terungkap via bacaan ketika tiba di Istanbul bahwa Trabzon itu nama sebuah kota di tepi Laut Hitam, sekaligus juga ibu kota provinsi dengan nama yang sama.

Bursa adalah kota yang terletak di wilayah Marmara, dengan penduduk terpadat, dan kawasan industrial yang memproduksi otomotif di Turki.

Dugaan saya bahwa mereka kelas menengah juga terbukti  tak lama kemudian.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved