Kupi Beungoh

Catatan Perjalanan Ramadhan - Ramadhan di Negeri Osman, Attaturk, dan Edorgan

Ketika sedang makan, saya mulai melihat dua tiga macam “khamar”, mulai dihidangkan, dan seolah minum air putih, banyak menumpang yang tak melewatinya.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Paling kurang ada dua perempuan yang memegang bacaan, yang satu majalah the New Yorker, edisi cetak yang satu lagi buku yang tak jelas  judulnya, namun penerbitnya nampak dari jauh Penguin, karena ada gambarnya.

Penguin adalah penerbit buku-buku berkualitas bacaan akademik ataupun profesional.

Saya mulai bergumam, “you are what you read”, pasti mereka terpelajar dan profesional.

Walaupun mereka orang Turki, saya tidak terkejut, ketika layanan makan siang tiba, mareka segera mengambilnya dan makan seperti biasa.

Ini penerbangan 11 jam saya bergumam dalam hati, pasti ini persoalan musafir, dan itu biasa.

Ketika sedang makan, saya mulai melihat dua tiga macam “khamar”, mulai dihidangkan, dan seolah minum air putih, banyak menumpang yang tak melewatinya, termasuk kelompok Turki itu.

Sesuai dengan disiplin ilmu sosial yang saya tekuni, maka observasi adalah salah satu kunci untuk mengetahui dan mencari makna dari berbagai interaksi dan perilaku manusia.

Sama dengan penumpang pesawat yang lain, penumpang Turki itu juga tidak mau ketinggalan, yang laki minum anggur dan bir, sementara satu dua perempuan minum anggur, dan cukup banyak pula perempuan yang minum air putih dan teh atau kopi.

Ketika meja dorong makanan tiba di depan kami, isteri saya menyatakan hanya sepatah kalimat “we are fasting”, dan segera pramugara itu mengangguk dan melewati kami sambil senyum.

Tak lama, sang pramugara datang memberitahu kami nanti akan diberitahu waktu berbuka, dan ia akan menyiapkan makanan berbuka untuk kami.

Tiba-tiba isteri saya mengingatkan bahwa kami belum shalat zuhur.

Saya segera teringat penerbangan kami dua setengah bulan yang lalu dari Jakarta menuju Miami menumpang maskapai yang sama, dan dengan gampang tahu waktu shalat, dengan hanya melihat layar screen di  depan tempat duduk-belakang kursi penumpang lain.

Setiap 15 menit selalu tampil waktu yang terus berkurang yang dihitung dalam jam dan menit untuk jadwal shalat berikutnya.

Kami menunaikan shalat zuhur dan asar sekaligus, mengingat kemudahan yang diberikan Khalik dan kepraktisan perjalanan.

Dalam penerbangan itu, layar yang menunjukkan informasi posisi georafis pesawat tiga dimensi berikut dengan waktu penerbangan  yang telah dilalui berikut sisa waktu, selalu berujung dengan waktu shalat yang akan datang.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved