Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XXI) - Putin Mengecoh Amerika vs Putin Penjahat Perang

Harapan terbesar AS kini sangat tergantung kepada Uni Eropa, dan kemampuan berbaik baik dengan Iran dan Venuezela.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Oleh: Ahmad Humam Hamid*)

PIKIRAN awam tentang perang seringkali hanya terfokus pada manusia dan berbagai mesin yang berhadapan, saling membunuh dan menghancurkan, yang diakhiri dengan menguasai.

Tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada pertengahan abad ke 20 adalah contoh nyata bagaimana pihak yang menang, yakni AS dan sekutu memperlakukan pihak yang kalah, yaitu Jepang, Jerman, dan Italia, dengan berbagai bentuk penguasaan.

Di sebalik wajah lapangan perang fisik, ada pula berbagai perang lain, seperti perang propaganda, perang ekonomi, dan berbagai bentuk tindakan lain, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang tujuan, melemahkan musuh, dan akhirnya mengalahkannya.

Berbagai wajah perang itu kini sedang terjadi dalam perang Ukraina, mulai dari sanksi ekonomi, penggiringan narasi dan opini internasional, dan bahkan berbagai sabotase intelijen yang sangat canggih.

Tidak jarang pula berbagai perang nonfisik itu dipadukan, sehingga menimbulkan efek ganda yang kekuatannya melebihi kekuatan perang yang menggunakan senjata canggih terbaru sekalipun.

Kejadian terakhir misalnya, apa yang sedang dilakukan oleh AS pada hari ini yakni menggabungkan sanksi ekonomi, dengan perang narasi dan propaganda di seluruh dunia, tentang pentingnya menghukum Rusia yang telah melakukan agresi ke Ukraina.

Upaya ini diharapkan akan melemahkan Rusia secara keuangan, persepsi publik internasional, dan bahkan pandangan rakyat Rusia sendiri terhadap pemerintahnya.

Salah satu upaya AS untuk memaksa Rusia menghentikan invasinya ke Ukraina, paling kurang menyetujui untuk sebuah penghentian kekerasan awal untuk menuju kepada sebuah perundingan antara kedua pihak sedang dilakukan.

Seperti diketahui Rusia adalah produsen terbesar energi dunia yang terdiri dari minyak bumi, gas alam, dan batubara.

AS ingin agar dunia menghentikan membeli semua komoditi itu dari Rusia, sehingga Rusia tidak akan mampu membiayai tindakan agresi dan pendudukannya di wilayah Ukraina.

Bagi Rusia, ketiga komoditi itu adalah sumber pendapatan terbesar, dan dengan demikian juga menjadi sumber pembiayaan terbesar negara.

Apalagi ketika keputusan invasi Ukraina dimulai, ibarat operasi besar di rumah sakit, maka minyak bumi dan gas alam, dan sampai tingkat tertentu batu bara, adalah ibarat sumber darah segar yang akan menentukan hidup matinya peperangan itu.

Apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan untuk membuat cadangan darah segar itu tak berfungsi adalah mengajak dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak membeli minyak dan gas Rusia.

AS berharap, bila penerimaan uang minyak dan gas bumi itu terhenti, hal itu akan membuat “mesin perang” Putin, mati, tak bergerak, dan bahkan akan membahayakan Putin sendiri, terutama oleh lawan politiknya, di dalam negeri.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved