Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XXI) - Putin Mengecoh Amerika vs Putin Penjahat Perang

Harapan terbesar AS kini sangat tergantung kepada Uni Eropa, dan kemampuan berbaik baik dengan Iran dan Venuezela.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Sampai dengan saat ini misalnya AS dan sekutunya telah berhasilkan mengamankan dan membekukan senilai 300 miliar dollar uang milik pemerintah Rusia, dalam bentuk emas, mata uang asing, dan berbagai surat berharga keuangan di luar negeri.

Menurut the Atlantic Council GeoEconomics Center (Maret 2022) negara-negara yang telah berhasil ditemukan dan dibekukan cadangan kekayan Rusia di luar negeri tersebar di Perancis, 15,6 persen, Jepang 12,8 persen, Jerman, 12,2 persen, Amerika Serikat, 8,5 persen, dan Inggris 5.8 persen.

Cadangan keuangan Cina sebesar 6,4 persen.

Angka 300 miliar dollar yang dibekukan itu adalah setengah dari jumlah cadangan keuangan Rusia yang belum diketahui, dan tidak termasuk pula jumlah yang tidak mau dibekukan oleh Cina, lebih dari 106 miliar dolar.

Terlepas dengan segala kehebatan dan kelihaiannya, namun Putin kali ini abai berhitung tentang kemampuan intelejen keuangan AS yang mampu mencium dan mencari jejak simpanan sumber keuangan Rusia yang memang dipersiapkan Putin sebelum perang dimulai pada akhir Febuari lalu.

Adalah mustahil dan tidak mungkin bagi AS dan sekutu NATOnya berhadapan langsung dengan Rusia di Ukraina, sekalipun kejatuhan Ukraina ke tangan Rusia kali ini akan menjadi permainan “domino” baru Rusia.

Yang dimaksud adalah bahwa kejatuhan Ukraina ke tangan Rusia akan memperkuat tekad Rutin untuk mengambil kembali satu per satu bekas negara Uni Soviet yang telah masuk dalam “klub barat”, seperti Lithuania, Estonia, Latvia, dan bahkan Moldova.

Tidak berlebihan untuk menyebutkan mimpi besar Putin adalah mengusir AS keluar dari Eropa, paling kurang mengusir AS keluar dari sejumlah negara bekas staelit Rusia di Eropa Timur seperti Romania, Polandia, Hungaria, dan sejumlah eks negara bekas Yoguslavia.

Dan itu adalah mimpi buruk AS dan NATO, berikut sejumlah sekutunya di Asia dan Australia.

Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XX) - Bambel, Blang Pandak, Starlink, dan Maxar

Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XIX) - Stratak Putin, PAHE, dan Cot Kafiraton

Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XVIII) - Ukraina, Puasa, dan Panteraja yang Menderita

Ketakutan Finlandia dan Swedia, Kegusaran AS

Perkembangan baru yang sangat terasa adalah keinginan Finlandia dan Swedia yang bahkan bukan bekas negara Uni Soviet yang dalam dua minggu terakhir telah menyatakan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota NATO.

Ini adalah sesuatu yang tidak biasa, karena dalam suasana perang dingin yang sangat kritis pun Finlandia dan Swedia menghindari untuk berpihak. 

Dalam kurun waktu lebih dari 45 tahun, kedua negara yang berbatasan dengan Uni Soviet memilih sikap netral, tidak berpihak ke blok Barat di bawah kepemipinan AS, ataupun blok Timur di bawah kepemimpinan Uni Soviet.

Namun, ketakutan terhadap sikap Putin yang sukar diprediksi telah membuat elite di kedua negara berkeputusan untuk bergabung dengan NATO.

Sikap elite itu telah diperkuat pula oleh sejumlah survei yang melaporkan  kuatnya dukungan rakyat kedua negara untuk bergabung dengan AS dan sekutunya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved