Kupi Beungoh
Menyimak Kitab Sirussalkin di Masjid Raya Baiturrahman Bersama Abu Mudi
Bayangkan ya, kitab ini membahas hal-hal paling esensial seperti tentang bagaimana kita menjadi manusia yang baik perangai sehingga dapat berguna
Pada titik ini, kita akan memahami mengapa para ulama Melayu dahulu menerjemahkan kitab-kitab bertuliskan Arab karya para ulama Timur Tengah ke dalam tulisan Arab-Melayu atau Jawi.
Ya karena para mereka ingin agar keilmuan Islam yang banyak ditulis dalam bahasa Arab pada saat itu mesti tersebar dan dapat dinikmati oleh umat Islam di dunia Melayu di semua lapisannnya. Oleh semua masyarakat di semua levelnya.
Maka kita akan dapati penjelasan seperti ini sejak awal pembahasan kitab Sirussalikin.
Kata Syaikh Abdul Somad al Palembani, tujuan beliau menerjemahkan kitab Ihya Ulumuddin menjadi Sirussalikin ini adalah supaya dapat dibaca atau dipelajari banyak orang.
Dan tujuan seperti itu, yakni terwujud maksimalnya pembelajaran di masyarakat, hasilnya dimana kitab-kitab bertuliskan Arab-Melayu ini menjadi rujukan atau referensi pokok dalam pembelajaran Islam di dunia Melayu selama berabad-abad lamanya.
Oleh sebab itu, jangan heran jika sekarang kita mendengar ungkapan "Dunia Melayu Dunia Islam".
Dunia Melayu itu identik dengan Islam. Dan bahwa fondasi keislamannya tidak lain adalah kitab-kitab Arab-Melayu itu.
Baca juga: Pemuda dan Eksistensi Bangsa
Di luar Aceh, kitab-kitab Arab-Melayu Melayu ini sangat dihargai dan terus dikaji. Di Brunei Darussalam, Malaysia dan juga termasuk Selatan Thailand.
Kitab Arab-Melayu ini adalah produk intelektual para ulama Dunia Melayu di era kejayaan Dunia Melayu dahulu.
Jika kita di Aceh ingin kejayaan seperti dahulu, maka tentu tidak boleh sombong di depan Karangan-karangan ulama dunia Melayu masa lalu ini.
Mari hadiri pengajian Sirussalikin bersama Abu Mudi di Masjid Raya malam Sabtu 27 Mei. Hadirlah dengan niat menuntut ilmu dan dengan ketawadhu'an.
Terimakasih kita ucapkan kepada Tgk Marwan Yusuef Bin Abdurrauf sebagai ketua Panitia (yang juga Pak Geuchik Gampong Baro) yang telah bekerja keras mempersiapkan terlaksananya pengajian ini.
*) Penulis Dr Teuku Zulkhairi adalah seorang aktivis santri Aceh dan juga seorang Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.