Opini
Kompetisi Meraih Jabatan
Agama mengingatkan bahwa jabatan/ kepemimpinan bukan keistimewaan tapi tanggung jawab, bukan fasilitas tapi pengorbanan

Bahkan pesan Alquran dalam surat Al Ahzab ayat 72 yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”.
Jelas tergambar dalam ayat ini bahwa jika manusia memahami hakikat dari sebuah jabatan yang merupakan amanah, maka tidak ada lagi manusia yang “rebutan” untuk mendapatkan jabatan.
Seperti ketika Allah SWT menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung mereka semua tidak mau menerima.
Amanah merupakan semua syariat yang diwajibkan dan harus ditunaikan.
Langit, bumi, dan gunung takut dengan amanah tersebut karena berkhianat terhadap amanah tersebut merupakan perkara yang besar.
Akan tetapi manusia menerima amanah tersebut padahal mereka belum tentu mampu menjalankannya.
Jika merujuk apa yang tertulis dalam surat Al Ahzab, maka seharusnya tidak akan ada lagi manusia yang ambisius ingin memperoleh sebuah jabatan.
Bahkan jika mengingat tanggung jawab yang harus dipikul pemimpin di dunia dan akhirat, akan banyak orang yang menolak saat diserahi jabatan.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan kompetisi dalam meraih jabatan.
Kompetisi merupakan naluri setiap insan.
Kompetisi bisa menjadi energi positif bagi seseorang dalam mencapai suatu tujuan, namun bisa juga menjadi energi negatif.
Keduanya sama-sama memerlukan pengerahan segenap kemampuan, potensi, waktu, pikiran, dan tenaga guna meraih kesuksesan.
Hal yang membedakan di antara keduanya adalah niat dan motivasi yang menggerakkan seseorang untuk berkompetisi.
Jika pun harus dilakukan kompetisi untuk meraih jabatan, maka kompetisi yang dilakukan harus benarbenar sportif dengan tetap mengedepankan nilai nilai humanis, tanpa harus menjatuhkan kompetitor lainnya.