Salam
Buka Kembali Bandara SIM Sebagai Pintu ke Luar Negeri
Wakil Ketua DPR-RI, Sufmi Dasco Ahmad, mengusulkan Provinsi Aceh menjadi satu-satunya embarkasi bagi jamaah haji asal Indonesia
Wakil Ketua DPR-RI, Sufmi Dasco Ahmad, mengusulkan Provinsi Aceh menjadi satu-satunya embarkasi bagi jamaah haji asal Indonesia untuk berangkat ke Arab Saudi.
Alasannya, jarak tempuh yang lebih singkat dan adanya nilai sejarah.
"Jarak tempuh hanya enam jam, dari Aceh ke Arab Saudi.
Ini juga dapat menekan biaya haji agar lebih efektif dan efisien.
Sehingga, secara pembiayaan, tidak terlalu memberatkan jamaah haji.
Namun, tetap dengan pelayanan yang berkualitas dan optimal," harapnya.
Tahun ini, Indonesia memberangkatkan jamaah haji dari sembilan embarkasi.
Yakni, Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, dan Lombok.
Menurut Kadis Perhubungan Aceh, T Faisal, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar sangat siap menjadi bandara hub (penghubung).
Baca juga: Usulan Aceh Jadi Satu-satunya Embarkasi Haji Asal Indonesia, Ini Kata Kadishub Terkait Bandara SIM
Baca juga: KATUHA: Pemerintah Aceh Harus Upayakan Bandara SIM Layani Penerbangan Umrah
“Prinsipnya, Bandara SIM siap, dari sisi fasilitas maupun keselamatan penerbangan, landasan pacu, SOP, dan lain-lain.
” Berbeda dengan Dasco dan Kadsihub, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, justru memberi pandangan lain untuk membuka cakrawala.
Menurutnya, wacana menjadikan Aceh sebagai embarkasi haji tunggal bagi Indonesia adalah pemikiran yang bisa logis bisa juga tidak.
Ia menilai, dari segi kesiapan Aceh masih kalah jauh dengan kesiapan daerah-daerah lain dalam hal embarkasi haji.
“Kalau dulu, Jakarta belum berkembang seperti sekarang, mungkin Aceh bisa menjadi embarkasi haji.
Tapi, katanya, sekarang bandara di Aceh jauh sekali tertinggal dengan yang di Jakarta, Surabaya, Medan, dan lain-lain.
“Bahkan, baru-baru ini ada wacana memindahkan embarkasi haji Aceh ke Embarkasi Medan.
Itu kita tolak dan berjuang habis-habisan kalau memang embarkasi Aceh digabung ke daerah lain dalam rangka pemberangkatan haji,” kata Tgk Faisal Ali dengan menambahkan, “Tapi silakan bermimpi untuk menjadikan Aceh satu-satunya embarkasi haji Indonesia.
Itu bukanlah sesuatu yang salah.
” Ketua MPU Aeh itu sebetulnya ingin mengatakan bahwa yang diperlukan saat ini adalah pembukaan kembali Bandara SIM sebagai pintu masuk dan keluar bagi penerbangan internasional seperti sebelum pandemi.
“Ke Malaysia saja kita (Aceh) tidak diprioritaskan oleh Pusat,” kata Tgk Faisal Ali.
Makanya, ia menduga wacana yang dilempar politisi Senayan itu bermuatan politis.
Karena itu, Ketua MPU meminta masyarakat Aceh supaya cerdik melihat suatu wacana atau usulan, apakah itu bermuatan politis atau tidak.
“Apalagi ini sudah menjelang tahun politik,” kata Ketua MPU Aceh.
Sebetulnya, yang menjadi aspirasi penting Aceh saat ini adalah meminta pembukaan kembali Bandara SIM sebagai entry point penerbangan internasional.
Untuk itu, sejumlah politisi Senayan asal Aceh dan Gubernur Aceh sudah berkali-kali meminta Pusat untuk secepatnya membuka kembali izin penerbangan dari dan keluar negeri melalui Bandara SIM.
Akan tetapi, hingga kini belum ada jawaban dari Pusat.
Itulah yang dimaksud Ketua MPU Aceh tadi bahwa Pusat saat ini tidak memrioritaskan Aceh terkait penerbangan.
Dan, melihat data-data Covid di Aceh memang sangat tidak beralasan bagi Pusat untuk tidak mengizinkan penerbangan internasional melalui Bandara SIM.
Sebagaimana sudah kita jelaskan, penerbangan internasional yang dimaksud masyarakat Aceh adalah bisa terbang langsung dari Bandara SIM ke Kuala Lumpur dan Penang, Malaysia.
Serta terbang langsung dari Bandara SIM ke Jeddah dan Madinah untuk umrah dan haji.
Inilah, aspirasi Aceh yang paling mendesak sekarang.
Nah?!
Baca juga: Mendesak, Optimalisasi Fungsi Bandara SIM
Baca juga: Gubernur Minta Bandara SIM Kembali Jadi Entry Point Penerbangan Internasional