Bazar Kuliner

Ada Depik Kering di Perpustakaan Nasional, Lengkap dengan Terong Agur dan Terpuk

Bazar Kuliner Gayo ini diselenggarakan Musara Gayo Jakarta bekerjasama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Perpustakaan Nasional.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Foto Kiriman Warga
Depik Kering dan Terong Agur di arena Bazar stand Ibu Nir, yang juga menyajikan pengat, makanan khas Gayo, pada Bazar Kuliner Gayo di Perpusnas RI. 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS COM, JAKARTA - Ada ikan khas Danau Lut Tawar di Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta. Depik (Rosbora tawarensis) adalah ikan endemik yang hanya hidup di danau kebanggaan masyarakat Gayo tersebut.

Selama tiga hari, 21-23 Juli 2022,  "depik kering," yakni ikan depik yang dikeringkan dipajang di arena Bazar Kuliner Gayo di Perpusnas dalam rangka Gelar Budaya Gayo. Kegiatan ini diselenggarakan Musara Gayo Jakarta bekerjasama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Perpustakaan Nasional.

Adalah Ibu Nir yang menghadirkan "depik kering" di arena Bazar Kuliner. Ia khusus menyajikan masakan Gayo. Juga ada "terong agur" atau terong Belanda, "terpuk, gegarang," dan bumbu gulai "pengat" siap saji yang ia jual Rp 10 ribu per bungkus. Ditambah "asam seliming" Rp 2 ribu per bungkus.

Selanjutnya juga ada "pengat jaher" dimasak  dengan kuali tanah. "Kuali ini juga kita bawa dari Gayo untuk kebutuhan pameran dan bazar ini," kata Ibu Nir.

"Pengat" adalah masakah khas Gayo tanpa santan. Menggunakan bumbu rempah dari dataran tinggi, ada "gegarang" dan "terpuk" sebagai penambah sedap gulai pengat. "Kali ini kita sajikan pengat jaher, esok "pengat bandang." Setiap hari, selama pameran, kita sajikan berbeda," katanya saat menjawab pertanyaan Ketua Taman Iskandar Muda, Surya Darma yang hadir di acara itu.

Selain pameran dan bazar kuliner, Gelar Budaya Gayo itu juga menggelar dialog menata masa depan Gayo dan pentas "Didong Jalu" antara grup Teruna Jaya dengan Kemara Bujang. 

Suasana panen raya kopi Gayo juga dihadirkan  melalui rangkaian baca puisi, musik dan tari hadir di halaman Perpustakaan Nasional tersebut.

Penyair dan seniman yang tampil membacakan puisi dalam acara ini, Devie Matahari, Herman Syahara, Ira Yusup, Ireng Halimun, Kurnia Effendi, Octavianus Masheka, Rini Intama, Veronica (penulis dan mantan guru), dan Dewi Maharani (artis teater), serta  La Gayos, grup musik anak Gayo di Jakarta.

"Saya menikmati acara ini, meriah dan gembira," kata penyair Kurnia Effendi yang tampil membacakan puisi karyanya sendiri. Perasaan dan kegembiraan serupa terpancar dari penyair Herman Syahara, Ireng Halimun, Rini Intama, Ira Yusup dan seluruh pengisian acara.

"Kita ingin menghadirkan kegembiraan petani saat panen kopi," kata Fikar W.Eda yang menjadi host acara itu.

Sanggar Pegayon tampil mempesona dengan didong kopi dan tari Gayo. Sambil terus mengiringi nyanyian "ara kupi ara cerite," secara terus menerus.

Sanggar Sastra Balai Pustaka tampil dengan pertunjukan garapan "Doani Kopi" hasil kreasi Dediesputra Siregar. 

"Tubuh-tubuh" kopi membentuk konfigurasi sambil mengumumkan "Doani Kupi" secara ulang berulang, diiringi musik yang dimainkan Dedi Reynaldi, Deni S Putra dan Dediesputra Siregar, serta vokal Devi Matahari.

Perempuan-perempuan Gayo yang mengenakan pakaian motif Gayo dan kelubung atau penutup kepala ikut  menari bersama menambah kesemarakan. 

"Wah sungguh meriah dan gembira. Sukses," kata Alwin Desry, seniman senior  Gayo yang menjadi penasehat panitia penyelenggara.(*)

Baca juga: Pakar Perikanan Bahas Populasi Depik

Baca juga: Pengoperasian ‘Cangkul Padang’ di Danau Laut Tawar Ancam Kelestarian Ikan Depik

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved