Salam
Berat Bagi Aceh untuk Subsidi Tiket Pesawat
Presiden Joko Widodo memerintahkan Menhub Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Erick Tohir untuk menurunkan harga tiket pesawat
Dia memaparkan bahwa bagi maskapai yang sudah merugi parah selama pandemi Covid-19, justru menggunakan keuntungan dari harga tiket yang mahal untuk bisa memulihkan kapasitas.
Caranya, baik dengan mereaktivasi jumlah pesawat yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jumlah yang ada dengan menambah utilisasi pesawat.
Kemudian dengan meningkatkan biaya yang mendukung maintenance atau bahkan mengadakan penambahan jumlah pesawat dari leasing.
Itu problem Pusat dan perusahaan penerbangan.
Bagi Aceh, subsidi tiket pesawat bukan hal yang baru.
Sejak berpuluh-puluh tahun lampau, Aceh sudah melakukan subsidi harga tiket pesawat untuk penerbangan perintis.
Subsidi ini ada yang dilakukan pemerintah provinsi dan ada juga yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota terkait.
Di antara rute penerbangan yang mendapat subsidi adalah Banda Aceh-Simeulu, Banda Aceh-Kutacane (Aceh Tenggara), dan lainnya.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah mensubsidi penerbangan domestik non-perintis rasanya memang hal yang langka.
Tapi, alasannya masuk akal dalam kondisi sekarang ini.
Pertanyaannya, bagaimana dengan Aceh? Dua hari lalu, APBA 2023 sudah disepakati Rp 10 triliun.
Artinya, turun Rp 6 triliun dibanding tahun ini yang APBA-nya Rp 16 triliun.
Penyebab turunnya APBA itu karena mulai tahun 2023 dana Otsus jatah Aceh berkurang drastis dari sekitar Rp 8 triliun hanya akan mendapat Rp 4 triliun.
Dan, Pj Gubernur Aceh sudah memohon kepada Presiden Jokowi agar Aceh diberi tunjangan khusus.
Artinya, akan sangat berat bagi Aceh jika harus mensubsidi biaya tiket pesawat.
Pertanyaannya, jika Aceh tak sanggup menyubsidi, apakah harga tiket pesawat rute Aceh tetap tinggi? Atau Aceh unya upaya lain untuk memperoleh tikat pesawat murah?
Nah?!
Baca juga: Harga Tiket Pesawat Susi Air Kutacane - Banda Aceh Naik
Baca juga: Penjelasan Kemenhub Soal Harga Tiket Pesawat Mahal