Opini
Lahan untuk Sarjana Pertanian
Secara gamblang Jokowi menyebut alumni IPB banyak yang bekerja di Bank, lantas yang menjadi petani siapa?
Kedua, petani selalu berhadapan dengan resiko.
Terlalu besar kendala, rintangan, tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh sektor ini mulai dari dampak cuaca hingga jaminan pasar selalu menghantui proses produksi.
Cuaca ekstrem dapat menyebabkan gagal panen baik oleh banjir maupun kekeringan.
Belum lagi serangan wabah hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman sehingga tidak mampu tumbuh dan berproduksi sebagaimana mestinya.
Namun diantara itu yang paling menyedihkan adalah ketiadaan jaminan terhadap kestabilan harga saat panen tiba sehingga walaupun hasil taninya melimpah tetap saja tidak membuat petani bisa menikmati hasil jerih payahnya dengan baik, merasakan untung dari penjualan produk penjualannya.
Bagaimana tidak, fluktuasi harga sering sekali menyebabkan ketidaksesuaian antara biaya produksi dengan harga pasar.
Baca juga: TTG ke-23 di Subulussalam, Aceh Besar Perkenalkan Drone Pertanian Ababil-12 dan Skywalker X8
Ketiga, minimnya akses lahan.
Sebagian besar sarjana pertanian tidak memiliki lahan yang memadai untuk bertani.
Sama halnya dengan petani itu sendiri, Kepemilikan lahan pada mayoritas petani di Indonesia sangatlah kecil, rata-rata di bawah 0,3 hektare.
Sementara sebagai negara yang agraris kita selalu mengklaim memiliki lahan yang sangat luas dan itu diakui dunia.
Jika dilihat berdasarkan luas negara, kita mempunyai luas daratan sebesar 190,5 Juta Hektar.
Porsi yang diperuntukkan sebagai lahan sawah (wet land) yang khusus menangani pangan pokok hanya 7,46 juta hektar atau hanya 3,9 persen saja sedangkan untuk lahan pertanian kering (dry land) sebesar 63,4 juta ha atau sekitar 33,7 persen dari total luas Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa lahan masih menjadi kebutuhan mutlak di sektor pertanian.
Walaupun dengan perkembangan teknologi di sektor ini telah mampu menyiasatinya dengan berbagai teknik budidaya tanpa lahan yang luas, namun belum didukung dengan kesediaan membayar lebih atas efek introduksi dan aplikasi teknologinya.
Sebut saja penerapan konsep hidroponik, akuaponik, aeroponik, vertikultur, tabulampot dan sejenisnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Dr-MUHAMMAD-YASAR-STP-MSc-Dosen-Tetap-Program-Studi-Teknik-Pertanian.jpg)