Opini
Lahan untuk Sarjana Pertanian
Secara gamblang Jokowi menyebut alumni IPB banyak yang bekerja di Bank, lantas yang menjadi petani siapa?
Meski istilah tersebut masih tetap berlaku hingga sekarang namun tidaklah sehebat gaung dimasanya.
Lalu di era reformasi secara khusus di Aceh terdapat juga program bagi-bagi lahan yakni penyediaan lahan terhadap mantan eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Program ini menghendaki para mantan pejuang GAM bisa beralih profesi atau melanjutkan dan mendalami kembali profesinya sebagai petani.
Tujuan mulianya adalah untuk menyediakan lapangan kerja yang layak sehingga kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan hingga kembali loyal terhadap NKRI.
Contoh program di atas hanyalah analogi betapa mudahnya pemerintah menelurkan kebijakan seperti itu jika dikehendaki.
Dan sangat tidak rasional jika program pembagian lahan untuk para sarjana lebih sulit untuk diperjuangkan hingga direalisasikan.
Pada program transmigrasi maupun program eks kombatan, tujuan sasarannya bisa jadi tidak menyentuh individu yang berbasis pertanian secara menyeluruh.
Sementara program ini yang disasar justru para ekspertis yang tentunya memiliki peluang daya keberhasilan yang lebih tinggi dalam memajukan dunia pertanian kita.
Pola pembagian bisa saja membidik kawasan lahanlahan terlantar atau cabut saja lahan HGU yang kurang produktif dalam menyumbang pendapatan negara.
Konsep yang diterapkan bisa saja bersifat sekadar hak pengelolaan pinjam pakai atau memang diserahkan menjadi hak milik bersertifikat dengan komitmen yang jelas dan tegas yakni dikelola untuk kepentingan sektor pertanian.
Lahan-lahan inilah yang selanjutnya perlu diabadikan secara permanen lewat UU No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pasti tidak akan ada penolakan dari pemilik lahan yang tibatiba merasa dirugikan karena lahannya sudah tidak bebas digunakan atau dikonversikan kepada keperluan diluar sektor pertanian akibat dikavling sebagai kawasan LP2B.
Jika ini dapat direalisasikan maka Presiden Jokowi pasti akan tersenyum melihat bagaimana output dunia pendidikan bidang pertanian mendatangkan outcome yang sesuai ekspektasi.
Setelah merayakan hari kemerdekaan kita yang ke 77 tahun ini, sesuai tagline-nya “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”, bukan tidak mungkin untuk langsung action, dan Aceh berpeluang kembali menjadi pioner dalam memajukan bangsa ini dengan mencoba program perdana pilot project pemberian lahan satu hektare satu sarjana lewat tangan dingin sang Pj Gubernur.
Kemerdekaan kita pun semakin hakiki, menjadi diri sendiri sesuai jati diri bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.
Menjadi raksasa agraris di dunia? Siapa takut! (yasar@unsyiah.ac.id)
Baca juga: Realisasi Dana Kredit Usaha Rakyat Bidang Pertanian Sangat Rendah
Baca juga: Minta Tambah Pupuk, Muhammad Iswanto Datangi Kementerian Pertanian
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Dr-MUHAMMAD-YASAR-STP-MSc-Dosen-Tetap-Program-Studi-Teknik-Pertanian.jpg)